ANGGARAN MODAL ( CAPITAL BUDGETING)

  1. PENDAHULUAN

Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.

Pentingnya Penggangaran Modal

  1. Keputusan penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga perusahaan kehilangan fleksibilitasnya.
  2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva.
  3. Pengeluaran modal sangatlah penting

Tahap-Tahap Penganggaran Modal

  1. Biaya proyek harus ditentukan.
  2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir aktiva.
  3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran kas).
  4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek.
  5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
  6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.

Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada mesin baru.

Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal sendiri tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan investasi, biaya modal sendiri justru harus diperhitungkan. Analisis biaya dalam keputusan investasi lebih dititikberatkan pada aliran kas, karena saat penelimaan kas dalam investasi memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang diterima sekarang lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima di masa yang akan datang. Oleh karena itu, meskipun untuk perhitungan laba perusahaan, biaya diperhitungkan berdasarkan asas akrual, namun dalam perhitungan pemilihan investasi yang memperhitungkan nilai waktu uang, biaya yang diperhitungkan adalah biaya tunai.

  1. PEMBAHASAN
  1. Pengertian

Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. Definisi Capital Budgeting “Capital Budgeting is the Process of evaluating and selecting long-term invesments consistents with the firm’s goal of owner wealth maximization”. Investasi juga berarti pengeluaran pada saat ini dan hasil yang diharapkan dari pengeluaran tersebut baru akan diterima lebih dari satu tahun mendatang. Definisi Capital Budgeting adalah sebagai berikut: “Capital Budgeting involves the entire process of planning whose returns are expected to extend beyond one year”.

Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur tertentu untuk menganalisa dan menyeleksi beberapa alternatif investasi yang ada. Keputusan mengenai investasi tersebut sulit dilakukan karena memerlukan penilaian mengenai situasi dimasa yang akan datang, sehingga dibutuhkan asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi yang paling mendekati yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal perusahaan. Investasi tersebut harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus merupakan keputusan yang paling tepat untuk menghindari resiko kerugian atas investasi tersebut. “As time passes, fixed assets may become obselete or may require an overhaul; at these points, too, financial decisions may be required”. Perusahaan biasanya membuat berbagai alternatif atau variasi untuk berinvestasi dalam jangka panjang, yakni berupa penambahan aset tetap seperti tanah, mesin dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi, yang merupakan sumber pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan.Capital budgeting dan keputusan keuangan diperlakukan secara terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan untuk diterima, manager keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.

-. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang.

-. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap

-. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.

-. Proses mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan menentukan alternatif penanaman modal yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.

*. Pentingnya Penggangaran Modal

  1. Keputusan penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga perusahaan kehilangan fleksibilitasnya.
  2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva.
  3. Pengeluaran modal sangatlah penting

*. Motif Capital Budgeting

  • Pengembangan produk baru atau pembelian aktiva baru
  • Pengurangan biaya dengan mengganti aktiva yang tidak efisien
  • Modernisasi atas aktiva tetap

*. JENIS-JENIS KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL

  • Penambahan dan perluasan fasilitas
  • Produk baru
  • Inovasi dan perluasan produk
  • Penggantian (replacements) (a) penggantian pabrik a1/11/2005tau peralatan usang (b) penggantian pabrik atau peralatan lama dengan pabrik atau peralatan yang lebih
  • Menyewa/membuat atau membeli
  • Penyesuaian fasilitas dan peralatan dengan peraturan pemerintah, lingkungan, dan keamanan
  • Lain-lain keputusan seperti kampanye iklan, program pelatihan dan proyek-proyek yang memerlukan analisis arus kas keluar dan arus kas masuk.

*. PRINSIP DASAR PROSES PENGANGGARAN MODAL

  • Penganggaran modal pada dasarnya adalah aplikasi prinsip yang mengatakan bahwa perusahaan harus menghasilkan keluaran atau menyelenggarakan kegiatan bisnis sedemikian rupa sehingga hasil imbuh (marginal revenue) produk sama dengan biaya imbuhnya (marginal cost).
  • Prinsip ini dalam kerangka penganggaran modal berarti bahwa perusahaan harus melakukan tambahan investasi sedemikian rupa sehingga perolehan imbuh (marginal returns) investasi itu sama dengan biaya imbuhnya. Daftar berbagai proyek investasi dari hasil yang tertinggi hingga yang terendah mencerminkan kebutuhan perusahaan akan modal untuk investasi.
  • Biaya imbuh dari berbagai daftar investasi itu memberi petunjuk tentang upaya perusahaan untuk memperoleh tambahan modal guna membiayai investasi. Biaya imbuh modal berarti sejumlah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari luar (misalnya meminjam atau menjual saham dan biaya tumbal/opportunity cost dari dana sendiri yang dapat diperoleh

*. Jenis Proyek

-. Independent project: proyek atau investasi yang berdiri sendiri (tidak akan mempengaruhi usulan proyek lainnya).

-. Mutually exclusive project: proyek yang memiliki fungsi yang sama (dengan memilih suatu proyek akan menghilangkan kesempayan proyek yang lainnya).

*. Ketersediaan Dana

  • Jika dana TIDAK TERBATAS, maka perusahaan dapat memilih semua independen project yang sesuai dengan expected return yang diharapkan.
  • Jika dana TERBATAS, maka perusahaan perlu melakukan capital rationing dengan mengalokasikan dana hanya pada proyek yang memberikan return maksimal
  1. Proses Capital Budgeting

Proses Capital Budgeting terdiri dari 5 langkah yang saling berkaitan, yakni:

  • Pembuatan Proposal

Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah organisasi bisnis. Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan penghargaan berupa uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.

  • Kajian dan Analisa

Proposal penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a) mencapai tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi kemampuan ekonominya. Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-macam teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash flow tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.

Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang akan dievaluasi. Setelah analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi dengan data tambahan dan rekomendasi yang ditujukan untuk para pengambil keputusan.

  • Pengambilan Keputusan

Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang modal menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang membuat keputusan penganggaran. Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang dikeluarkan.

  • Implementasi

Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan pembayaran langsung dilaksanakan. Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan pengawasan yang ketat.

  • Follow Up (tindak lanjut)

Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan operasi berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan yang diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus segera dilakukan tindakan untuk menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin menghentikan proyek tersebut.

Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian dan analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah terakhir yakni follow up juga penting namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga perusahaan untuk dapat meningkatkan akurasi cash flow yang diestimasi.

  1. Jenis-jenis Investasi

Investasi dapat dilaksanakan oleh perusahaan tergantung motif dasar perusahaan yakni semakin tinggi tingkat hasil pengembalian atas investasi tersebut. Investasi tersebut terdiri dari berbagai jenis yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Definisi investasi sebagai berikut: “The commitment of funds to one of more assets that will be held over some future time period”. Definisi tersebut mengartikan bahwa investasi adalah komitmen sejumlah dana untuk menjadi satu atau lebih aset yang akan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Selanjutnya Jones menggolongkan jenis investasi sebagai berikut:

  1. a.  Financial Assets. Pieces of paper evidencing a claim on some issuer
  2. b. Real Assets. Physical assets, such as gold or real estate
  3. c.  Marketable Securities. Financial assets that are easily and cheaply traded in organized markets.
  4. Rasionalisasi Modal

Persoalan rasionalisasi modal (capital rationing) akan muncul apabila terdapat batasan dana yang tersedia dan dihadapkan pada suatu portfolio dari investasi. Oleh karena itu kita perlu memilih beberapa alternatif investasi yang dapat dicapai dari anggaran yang tersedia dengan tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Untuk itu perlu diperhatikan dua sifat umum dari berbagai investasi tersebut, diantaranya dikemukakan adalah:

  1. Independent projects yakni proyek yang cash flownya tidak berhubungan atau tidak tergantung diantara satu proyek dengan proyek lainnya. Penerimaan atas salah satu proyek dengan alasan tertentu tidak akan mengeliminasi proyek lainnya. Apabila sebuah perusahaan memiliki banyak anggaran dana yang tersedia untuk diinvestasikan, kriteria penerimaan atas proyek akan lebih mudah. Semua pilihan investasi yang menghasilkan keuntungan yang paling besar akan langsung dapat diterima.
  2. Mutually exclusive project adalah proyek yang memiliki fungsi yang sama dan bersaing satu sama lainnya. Penerimaan suatu proyek akan mengeliminir proyek lainnya yang setara.
  3. Cash Flow dan Metode Investasi
    1. Initial Investment

Batasan investasi awal sangat relevan dengan sejumlah cash out flow yang dipertimbangkan ketika mengevaluasi prospektif penganggaran barang modal. Investasi awal (initial invesment) dilakukan pada nol waktu (time zero), yakni waktu ketika anggaran dikeluarkan. Investasi awal diperhitungkan dengan mengurangi semua cash inflow yang terjadi pada saat ‘time zero’ dengan seluruh cash outflow yang terjadi pada saat ‘time zero’. Rumusan dasar untuk menentukan investasi awal adalah biaya pembelian aset baru ditambah biaya  instalasi dikurangi pajak penjualan aset lama. Format dasar penentuan Initial Invesment yakni sebagai berikut:

“The basic Format for Determining Initial Investment

Installed cost of new asset = Cost of new asset + instalation costs – after-tax proceeds from sale of sold assets”.

Dengan adanya initial invesment tersebut akan mempengaruhi dan akan merubah Net Working Capital (Modal Kerja Bersih, (NWC) dari suatu perusahaan. Apabila sebuah perusahaan bermaksud membeli kapal dalam rangka ekspansi maka baik level produksinya, atau tingkat kas, piutang, persediaan, maupun hutang dagangnya akan meningkat. Perbedaan antara perubahan aset lancar dengan perubahan hutang lancar merupakan perubahan Net Working Capital. Secara umum apabila aset lancar meningkat lebih besar dibandingkan hutang lancar akan menghasilkan peningkatan NWC, begitupun sebaliknya.

  1. Cash Flow

Salah satu hal penting didalam persoalan kebijakan investasi adalah mengadakan estimasi dari pengeluaran uang yang akan diterima dari investasi tersebut pada masa yang akan datang. Untuk mengevaluasi berbagai alternatif penganggaran barang modal/investasi, perusahaan harus menentukan cash flow yang sesuai, yakni data mengenai aliran kas bersih dari suatu investasi.

Untuk keperluan penilaian suatu investasi yang dibiayai sepenuhnya oleh modal sendiri aliran kas bersih (cash flow) adalah sebelum pembebanan penyusutan dan diperhitungkan sesudah pajak. Namun apabila dibiayai dengan modal pinjaman maka aliran kas bersih adalah sebelum dibebani penyusutan, bunga dan diperhitungkan setelah pajak.

Selanjutnya pengertian arus kas “The netral net cash, as opposed to accounting net income, that flows into (or out of) a firm during some specified period”.

Analisa cash flow perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian untuk melihat sejauh mana aktivitas usaha secara akumulatif dapat mengcover dana yang diinvestasikan untuk menggerakkan kegiatan operasional perusahaan.

Setiap cash flow dari suatu proyek memiliki pola konvensional  karena di dalamnya terdapat 3 komponen dasar yakni (1) investasi awal, (2) Cash inflow dan (3) terminal cash flow.
Menurut (Bambang Rijanto, 1995) setiap usul pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas (cash Flows), yaitu:

  1. Aliran kas keluar neto (Net Outflow of Cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru.
  2. Aliran kas masuk neto tahunan (Net Annual Inflow of Cash), yakni sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “Net Cash Proceeds” atau cukup dengan istilah “Proceeds”.

Arus kas untuk tujuan capital budgeting didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan. Secara aljabar, definisi tersebut sama dengan laba sebelum bunga dan pajak, dikurangi pajak penghasilan jika perusahaan mempunyai hutang, ditambah beban penyusutan non kas. Rumusannya adalah sebagai berikut:

Cash Flow = EBIT (1 – T) + Depresiasi

Dimana  :

EBIT = Laba Sebelum Bunga dan pajak

T        = Pajak penghasilan perusahaan

Depr  = Beban Penyusutan

Rumusan tersebut berlaku untuk perusahaan yang tidak memiliki hutang. Apabila perusahaan memiliki hutang maka rumusannya adalah :

Cash Flow = NI + Depr + rD (1 – T)

Dimana:

NI = Net Income

rD = Interest expense (biaya bunga bank)

Perkiraan cash flow merupakan hal yang sangat penting dalam proses capital budgeting, yakni sebuah proses yang rumit dan kompleks yang membutuhkan pemikiran dan perhitungan yang matang agar estimasi cash flow yang diproyeksikan mampu mendekati perkiraan cash flow yang dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian, penilaian terhadap hasil analisis capital budgeting akan memberikan penilaian yang akurat pada penentuan keputusan investasi.

  1. Metode Evaluasi Kelayakan Rencana Investasi

Metode yang dapat digunakan untuk dapat mengevaluasi berbagai alternatif investasi barang modal untuk dapat dipilih dikenal dua macam metode yakni metode konvensional dan metode discounted cash flow. Di dalam metode convensional dipergunakan dua macam tolak ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi yakni payback period (PB) dan average rate of return (ARR), sedangkan dalam metode discounted cash flow dikenal dua macam tolak ukur profitabilitas yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan profitability Index. Perbedaan utama antara metode konvensional dengan metode discounted cash flow terletak pada penilaian terhadap nilai waktu uang (time value of money). Metode evaluasi konvensional tidak mempertimbangkan time value of money.

  1. Payback Period

Metode payback period pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi investasi yang diajukan. Payback period adalah target waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi awal yang diperhitungkan dari cash inflow. Definisi payback period sebagai berikut: The payback period is the exact amount of time required for the firm to recover its initial investment in a project as calculated from cash inflow”

Payback period diperhitungkan dengan membagi investasi dengan cash inflow tahunan. Kriteria terhadap penerimaan keputusan investasi dengan menggunakan metode payback ini adalah diterima apabila payback period yang diterima yang diperoleh lebih singkat/pendek waktunya dibandingkan dengan target waktu payback period yang sebelumnya telah ditentukan.

Contoh

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama. Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000

*. Perhitungannya

Proyek A =

-100.000 – (50.000 + 40.000 + 10.000) = 2 tahun 4 bulan (10/30 x 12 bulan)

Proyek B =

-100.000 – (10.000 + 30.000 + 40.000 + 20.000) = 3 tahun 5 bulan (20/50 x 12 bulan)

Keputusannya pemilihan proyek :

Proyek A, karena memiliki waktu pengembalian yang lebih pendek

  1. Net Present Value

Secara eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai waktu uang, dan merupakan teknik capital budgeting yang banyak digunakan. NPV adalah jumlah present value semua cash inflow yang dikumpulkan proyek (dengan menggunakan discount rate suku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi jumlah investasi (initial cash outflow). Net Present Value yaitu: “The Net Present Value is found by subtracting a project’s initial investment from the present value of its cash inflows discounted at a rate equal to the firm’s cost of capital”.

nNPV = Σ CFt /(1 + k)t – Io

t = 1

Sebagai pedoman umum, rencana investasi akan menguntungkan apabila NPV positif dan apabila NPV nol maka investasi tersebut berarti break even. Apabila NPV suatu proyek negatif, berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

t

Dimana:

CFt       = Net Cash Flow (Prodeeds) pada tahun ke – t

k          = Tingkat Diskonto

t           = Lama waktu atau periode berlangsungnya investasi

I0          = Initial Outlays (Nilai investasi awal)

Kelebihan metode NPV sebagai sarana penilaian terhadap kelayakan suatu rencana investasi barang modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai sebenarnya cash flow yang diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran profitabilitas proyek yang lebih mendekati realitas. Kelebihan lainnya adalah digunakannya discount faktor, biasanya merupakan salah suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk membiayai proyek. Dengan demikian, penggunaan metode ini menjadi lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan discount factor yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kriteria penerimaan atas investasi dengan metode ini adalah diterima apabila NPV yang dihasilkan adalah positif, dan ditolak apabila nilai NPV negatif. Kelemahan dari metode ini adalah perhitungan yang cukup rumit, tidak semudah perhitungan payback period. Untuk perhitungannya diperlukan keahlian seorang financial analis sehingga penggunaannya terbatas.

Contoh :

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.

Diketahui discount rate 10%

Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000

Jawaban :

  • Proyek A Tahun 1 = 50.000 / (1+0,1)1 = 45.455
  • Proyek A Tahun 2 = 40.000 / (1+0,1)2 = 33.058
  • Proyek A Tahun 3 = 30.000 / (1+0,1)3 = 22.539
  • Proyek A Tahun 4 = 20.000 / (1+0,1)4 = 13.660
  • Proyek A Tahun 5 = 10.000 / (1+0,1)5 = 6.209

NPV Proyek A = (45.455 + 33.058 + 22.539 + 13.660 + 6.209) – 100.000   = 20.921

  • Proyek B Tahun 1 = 10.000 / (1+0,1)1 = 9.091
  • Proyek B Tahun 2 = 30.000 / (1+0,1)2 = 24.793
  • Proyek B Tahun 3 = 40.000 / (1+0,1)3 = 30.053
  • Proyek B Tahun 4 = 50.000 / (1+0,1)4 = 34.151
  • Proyek B Tahun 5 = 20.000 / (1+0,1)5 = 12.419

NPV Proyek B = (9.091 + 24.793 + 30.053 + 34.151 + 12.419) – 100.000 = 10.507

Tahun PV Proyek A PV Proyek B
0 – 100.000 – 100.000
1 45.455 9.091
2 33.058 24.793
3 22.539 30.053
4 13.660 34.151
5 6.209 12.419
NPV 20.921 10.507

 

Keputusan :

Proyek A, karena memiliki nilai lebih besar dibandingkan proyek B, walaupun keduanya memiliki nilai NPV > 0

  1. Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan sebagai salah satu teknik dalam mengevaluasi alternatif – alternatif investasi. Definisi Internal Rate of Return  adalah: “The Internal Rate of Return (IRR) is the discount rate that equates the present value of cash inflows with the initial investment associated with a project”.

Dijelaskan bahwa IRR merupakan rate discount dimana nilai present value dari cash inflow sama dengan nilai investasi awal suatu proyek. Dengan kata lain IRR adalah rate discount dimana NPV dari proyek tersebut = Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya akan diperoleh dari investasi barang modal atau proyek yang direncanakan.

Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan metode Internal Rate of Return adalah apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dibandingkan cost of capital, sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan cost of capital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya. Kalau PV dari proceeds lebih besar daripada PV dicari investasi atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.

Contoh

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.

Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000

 

Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout rate 20% dan 21%)

  • Menggunakan discount rate sebesar 20%

PV Cashflow A = (50.000/1.2) + (40.000/1.44) + (30.000/1.728) +                 (20.000/2.0736) + (10000/2.4883)   = 100.470

  • Menggunakan discount rate sebesar 21%

PV Cashflow A = (50.000/1.21) + (40.000/1.4641) + (30.000/1.7716) + (20.000/2.1436) + (10000/2.5937) = 98.763

Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout rate 18% dan 23%)

  • Menggunakan discount rate sebesar 18%

PV Cashflow A = (50.000/1.18) + (40.000/1.3924) + (30.000/1.6430) + (20.000/1.9387) + (10000/2.2877) = 104.047

  • Menggunakan discount rate sebesar 23%

PV Cashflow A = (50.000/1.23) + (40.000/1.5129) + (30.000/1.8608) + (20.000/2.2888) + (10000/2.8153)   = 95.502

  • Menggunakan Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara 95.502 dengan 104.047)

IRR proyek A = 18% + {(104.047 – 100.000)/(104.047 – 95.502)} {5%}

IRR proyek A = 18% + 2,368%

IRR proyek A = 20.368%

Contoh IRR Proyek A

Tahun PVIF(20%) PV Proyek A PVIF(21%) PV Proyek A
1 1,2 41.667 1,21 41.322
2 1,44 27.778 1,4641 27.321
3 1,728 17.361 1,7716 16.934
4 2,0736 9.645 2,1436 9.330
5 2,4883 4.019 2,5937 3.855
PV 100.470 98.762

Melalui interpolasi diperoleh IRR Proyek A = 20,275%

     Jawaban :

  • Menggunakan discount rate sebesar 14%

PV Cashflow B = (10.000/1.14) + (30.000/1.2996) + (40.000/1.4815) + (50.000/1.6889) + (20.000/1.9254) = 98.848

  • Menggunakan discount rate sebesar 13%

PV Cashflow B = (10.000/1.13) + (30.000/1.2769) + (40.000/1.4429) + (50.000/1.6305) + (20000/1.8424) = 101.587

  • Menggunakan Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara 98.848 dengan 101.587)

IRR proyek B = 13% + {(101.587 – 100.000)/(101.587 – 98.848)} {1%}

IRR proyek B = 13% + 0.579%

IRR proyek B = 13.579%

Contoh (IRR à Proyek B)

Tahun PVIF(14%) PV Proyek B PVIF(13%) PV Proyek B
1 1,14 8.772 1,13 8.850
2 1,2996 23.084 1,2769 23.494
3 1,4815 27.000 1,4429 27.722
4 1,6889 29.605 1,6305 30.665
5 1,9254 10.387 1,8424 10.856

Proyek Yang dipilih :

Proyek A, karena memiliki tingkat rate of return lebih tinggi dibandingkan dengan proyek B

Perbandingan Metode Capital Budgeting

Metode Proyek A Proyek B
Payback Period 2 tahun 4 bulan 3 tahun 5 bulan
NPV 20.921 10.507
IRR 20,275% 13,579%
  • KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, Penganggaran Modal (capital budgeting) sangatlah penting dalam menentukan alur kas,investasi dan penanaman saham. Dimana bila perhitungan atau keputusan untuk pengambilan penganggaran modal tepat, maka keuntungan bagi perusahaan akan meningkat sesuai dengan perhitungan. Dan sangatlah penting bagi manajer keuangan untuk sangat hati-hati dalam mengambil keputusan dengan keadaan keuangan suatu  perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Kadariah, Lien K Sabur dan Clive Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. FEUI.

Jakarta

Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program Studi Manajemen

Agribisnis. UGM. Yogyakarta.

Simarmata, Dj. A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisis Proyek Investasi dan Pasar

Modal. Gramedia. Jakarta

Suratiyah, Ken.2006. Manajemen Finansial Untuk Perusahaan Pertanian (Buku Ajar).

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. UGM.Yokyakarta

Dipublikasi di Lainnya Yang Tidak Terkait | Meninggalkan komentar

Keputusan Portofolio : Resiko dan Analisis Portofolio

Pendahuluan

Tulisan ini mengamati tiga aktivitas dari:

  1. Mean-Variance Effeciency (Analisis efesiensi rata-rata varian)
  2. Premised on investor rasionality (maximum return) (didasarkan pada rasionality investor)
  3. Risk aversion (minimum variability) (penghindaran resiko)

Tulisan ini mengatakan bahwa ketiga hal diatas merupakan alat untuk mengukur kebijakan investasi meskipun belum cukup memadai. Bahkan jika investasi dipertimbangkan sebagai isolasi, kemakmuran maksimal merupakan keputusan yang diterima/ditolak tergantung pada persepsi individu dari sifat yang suka menerima resiko untuk mengharapkan return masa depan, pengukuran dengan kemampuan utility curve mungkin akan membawa hasil yang lebih unik.

Berbagai konflik antara mean variance efficiency dan konsep dari investor utility dapat diselesaikan melalui aplikasi dari analisis certainty equivalent (kepastian sementara) untuk keputusan berinvestasi. Tes final dari statistic analisis efesiensi rata-rata varian didasarkan kepada sikap resiko perilaku.

Pembahasan

  1. Analisis Variasi Rata-rata : Markowitz Effeciency

Pada tahun 1952 ketika teknologi komputer belum ada, H.M. Markowitz melihat mengapa investor yang rasional melihat portofolio yang efisen (satunya melihat kepada resiko yang minimal tanpa gangguan (return) dan satunya lagi melihat kepada pengembalian (return) maksimal untuk tingkat tertentu resiko)? Kemudian untuk mengatasi cara pandang tersebut, dia memperkenalkan cara analisis investasi baru yang tidak hanya mengandalkan analisis varian rata-rata.

Harry Markowitz juga mengidentifikasi tiga karakter statistik tentang hubungan antara resiko pengembalian dengan investasi individual (atau pada kasus manajemen disebut juga dengan capital project) yang mana membenarkan pernyataan bahwa keberadaan suatu asset dalam portofolio adalah untuk memaksimalkan kemakmuran.

Untuk lebih memahaminya, mari kita melihat ilustrasi simple dari kasus dua asset, yaitu konstruksi dari sebuat portofolio yang optimum meliputi dua portofolio.

Jika:

Expected return = Ri

Size = S

Jika dicontohkan dalam model, sebagai berikut:

Return S1 S2
Ri (A) 20% 10%
Ri (B) 10% 20%

Jika S1 yang berlaku maka Ri (A) > Ri (B), sebaliknya jika S2 yang berlaku maka Ri (A) < Ri (B).

Jika Expecterd return (A) = 15%, maka resikonya berkisar antara 10% s/d 20%, begitupun dengan Ri (B). Analisis efesiensi rata-rata varian menunjukan kepada kita bahwa R(A) = R (B) dalam hal resiko. Jadi terserah kepada kita mau menerima salah satu atau menilak keduanya.

Jika keragaman dari investasi ini digabungkan, dengan cara membagi investasi kita setengah untuk A dan setengah lagi untuk B, maka return nya R (P) = 0.5 R (A) + 0.5 R (B). Mungkin hasil expected return gabungan tidak lagi sama namun kemungkinan resiko yang ditimbulkan juga tidak lagi sama. Artinya, jika kita seharusnya juga bisa membagi resiko yang ada dalam investasi kita (do not putting all your egg in one basket).

Contoh diatas adalah contoh ideal dari skenario portofolio dan beberapa hal poin penting yang dapat diambil adalah:

  1. Ketidakpastian investasi adalah satu dengan keragaman aliran kas yang kemungkinannya tidak dapat diukur.
  2. Resiko investasi adalah satu dengan keragaman dari aliran kas yang mana merupakan kemungkinan subjektif.
  3. Pengembalian yang diharapkan diasumsikan sebagai sebuah karakteristik dengan distribusi normal
  4. Fungsi kepadatan kemungkinan dari return didefinisikan dengan rata-rata varian dari distribusi mereka
  5. Pilihan yang efisien antara investasi individu yang memaksimalkan discounted return dari aliran kas yang diantisipasi mereka dan meminimumkan standar deviasi dari pengembalian.

Dari Markowitz diatas, ada beberapa poin penting yang dapat disimpulkan:

  1. Kita dapat membuat resiko investasi berkurang bahkan lebih (tidak ada resiko sama sekali) dengan metode portofolio “jangan masukan telur dalam satu keranjang”.
  2. Sebuah portofolio dari investasi mungkin disukai oleh semua pihak, terlepas dari sikap investor atas resiko. Tidak ada satupun investor rasional yang akan menahan investasinya ekslusif untuk satu kegiatan, karena dengan meragamkan investasi, mereka dapat mendapatkan hasil yang sama dengan resiko yang lebih rendah.
  3. Analisis pada isolasi, investasi individu yang bersifat risk-return adalah kriteria yang cukup untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya dari suatu investasi.

  1. Resiko Kombinasi dari Dua Investasi

Ada beberapa rumus yang dipakai untuk model ini, yaitu:

  1. Kasus dua aset dengan rumus = R (P) = x R (A) + (1 – x0 R (B)
  2. Resiko atas dua aset investasi dengan rumus = VAR (P) = x2VAR (A) + (1 – x)2 VAR (B) + 2x(1 – x) COV (A, B)
  3. Persentase resiko dengan standar deviasi porotofolio, dengan rumus = σ (P) = √ VAR (P) = √ [x2VAR(A) + (1-x)2 VAR (B) + 2x(1-x) COV(A,B].

Tidak seperti resiko dengan variable single, varian dari standar deviasi portofolio dua asset memiliki 3 karakteristik, yaitu:

  • Resiko dengan unsur investasi diukur dengan variasi respektifnya
  • Porporsi dari dana investasi yang ada di kas
  • Hubungan antara unsur yang diukur dengan dua covarian
  1. Covarian merepresentasikan variable dari kombinasi pengembalian untuk investasi individu. Jadi jika A dan B representasi dari dua investasi dengan derajat dari retunnya adalah ri A dan ri B, maka rumusnya adalah

= COV (A,B) = n

Σ   {[(ri A – R (A)] [(ri B – R (B)] pi}

I = 1

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan:

  1. Jika pengembalian dari dua investasi adalah variable bebas, maka tidak ada pengamatan atau hubungan dengan variable lainya. Artinya tidak ada gunanya memprediksi yang lain.
  2. Jika pengembalian adalah variable dependen, maka ada hubungan antara dua investasi dan covariance dapat dibawa sebagai nilai positif atau negatif yang mempengaruhi resiko portofolio

  1. Korelasi antara Dua Investasi

Karena covariance adalah pengukuran absolut dari koresponden antar pergerakan dua variable acak, maka interpretasinya akan sulit. Tidak semua penyimpangan tersebut akan menjadi negative bagi diversifikasi untuk memproduksi derajat dari pengurangan resiko. Oleh sebab itu dapat digunakan koefesien korelasi linier. Koefesien korelasi linier dapat digunakan sebagai pengganti dari covariance, dimana dirumuskan sebagai:

  1. Variasi dari dua asset portofolio dengan rumus = VAR (P) = x2 VAR (A) + (1-x)2 VAR (B) +2x (1-x) COV(A,B)
  2. Maka korelasi koefesiennya adalah = COR (A,B) = COV(A,B)

σA σB

  1. Maka susunan ulang dari covariancenya adalah = COV (A,B) = COR (A,B) σ A σ B
  2. Kemudian varian portofolionya adalah = x2 VAR(A) + (1-x)2 VAR (B) + 2x (1-x) COR (A,B) σ A σ B
  3. Sedangkan standar deviasinya adalah = σ (P) = √ VAR (P) = √ [x2VAR(A) + (1-x)2 VAR(B) + 2x(1-x) COR (A,B) σ A σ B
  4. Maka koefesien korelasinya adalah = COR (A,B) = COV(A,B)

σA σB

Ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan:

  1. Jika return adalah independen, maka tidak akan ada hubungan antar dua variable lainnya.
  2. Namun jika return adalah dependen, maka
  • Korelasi sempurna positif dari +1 berarti bahwa apapun yang mempengaruhi salah satu variable maka akan sama mempengaruhi variable lainnya.
  • Korelasi sempurna negative dari -1 berarti bahwa efesiensi portofolio dapat dibangun dengan resiko varian yang minim bahkan hingga tidak beresiko.
  • Antara +1 dengan -1, korelasi koefesien merupakan penentu dengan proksi langsung dan hubungan terbalik antar individual return.

Kesimpulan

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Jangan pernah menempatkan investasi dalam satu tempat
  2. Bagilah keragaman investasi dengan baik sehingga bisa mengurangi resiko
  3. Jika keragaman investasi tepat, bisa jadi resoko investasi akan berkurang bahkan mungkin hilang, sesuai dengan prinsip “Jangan tempatkan telurmu pada satu keranjang”.
  4. Resiko akan maksimum ketika koefesien korelasi antara dua investasi adalah +1
  5. Resiko akan minimum ketika koefesien korelasi sama dengan -1

Dipublikasi di Lainnya Yang Tidak Terkait | Meninggalkan komentar

Kebijakan Dividen (Research Gap dalam Tugas Kelompok)

  1. Pengertian

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan di bagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Menurut Pruitt dan Gitman (1991, dalam Arshad, et al (2013)) beberapa faktor yang mempengaruhi pembayaran kebijakan dividen adalah sebagai berikut:

  1. Keuntungan saat ini dan masa lalu
  2. Ketidakpastian dari laba dan pertumbuhan laba
  3. Dividen tahun sebelumnya.
  4. Tingkatlaba masa depansaat ini dandiharapkan danpolaataukelangsungandividenperiode sebelumnya.
  5. Tingkatpenghasilan
  6. Profitabilitas.

Beberapa teori kebijakan dividen yang di kemukakan oleh Arshad et al (2013) antara lain:

  1. The Bird In The Hand Theory

Gordon (1962, dalam Arshad et al (2013)) menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika pembayaran dividen rendah. Investor lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain karena dividen lebih pasti dari pada capital gain. Kebanyakan investor lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisasikan dalam bentuk capital gain nanti Pemilik saham lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan tidak sesuai nantinya.

  1. Signaling Hypothesis Theory

Arshad et al (2013) berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan perusahaan dalam kondisi yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang berada dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dwaktu mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan dividen mengandung sinyal informasi tentang kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

 

 

  1. Agency Theory

Menurut Arshad et al (2013), konsep dari teori agency adaalah pembayaran dividen akan menjadi alasan bagi pembuat konflik antara manajer dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan karena motif dari manajer adalah untuk mempertahankan sumber daya perusahaan dan bukan mencetak laba. Sedangkan menurut sudut pandang pemegang saham, jika jumlah dividen tidak diberikan kepada pemegang saham, mungkin saja dividen tersebut digunakan oleh manajer untuk penggunaan pribadi bukan investasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan. Ini sesuai dengan pendapat dari Lim Hua Min (Pemilik dari Philip Security) yang mengatakan bahwa “The best test of Good Governance is to pay good dividends” (Arshad et. al, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen digunakan untuk mendeteksi Teori Agency.

  1. Jurnal Penelitian

Beberapa jurnal penelitian yang kami gunakan untuk pembahasan kebijakan dividen ini adalah:

  1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5.
  2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3.
  3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000-2010 oleh Taufiqkurochman, Cecep dan Konadi, Win (2012) dalam Jurnal Kebangsaan, Vol 1 No. 2.
  4. The Determinants Of Corporate Dividend Policy oleh Gupta, Amitabh dan Banga, Charu (2010) dalam Decision Journal, Vol. 37 No. 2.
  5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis oleh Midiastuti, Pratana Puspa et. al (2009) dalam Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang.
  6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision? Oleh Sharon L., Kania dan Frank W., Bacon (2005).
  1. Fenomena

Dari jurnal diatas, dapat kami ambil fenomena – fenomena yang ada sebagai berikut:

No. Jurnal Fenomena
1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5. Riset terdahulu mayoritas konsiten menemukan hubungan positif antara tata kelola perusahaan yang baik, ukuran perusahaan dan profitability perusahaan terhadap kebijakan dividend dan konsisten menemukan hubungan negative antara pertumbuhan perusahaan dengan kebijakan dividen. Namun Poor Corporate Governance di Indonesia yang menjadi salah satu penyebab dalam krisis ekonomi di Indonesia (Capulong et al, 2001 dalam Setiawan dan Phua (2013) dan pemerintahan mulai memperkenalkan regulasi baru tentang Good Corporate Governance pasca krisis untuk langsung diterapkan oleh perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesi membuat Indonesia mempunyai karakter perusahaan yang unik untuk dikaji kembali.
2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3. Salah satu fungsi dari dividen adalah untuk mengatasi masalah Agency Theory (sebagai alat pengontrol konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan). Pemilik mempunyai kepentingan untuk mendapatkan dividen sedangkan manajer lebih memilih untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengunkap motif daripada pemilik terhadap kebijakan dividen yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000 – 2010. Cecep Taofikurochman dan Win Konadi. Jurnal Kebangsaan, Vol. I No. 2, Juli 2012. ISSN: 2089 – 5917 Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi para investor maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividennya. Pada umunya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus-menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang lannya.
4. The Determinants of Corporate Dividend Policy. Amitabh Gupta Dan Charu Banga. Decision, Vol. 37, No.2, August, 2010. Salah satu isu sentral keuangan perusahaan yatiu tentang keputusan dividen perusahaan, yang selalu dikaji dalam kaitannya dengan keputusan pembiayaan dan investasi perusahaan. Hubungan antara dua keputusan tersebut telah menimbulkan berbagai pertanyaan. Berapa banyak perusahaan harus membayar dividen? Bagaimana kebijakan pembayaran dividen mempengaruhi penilaian dari suatu perusahaan? Apakah keputusan perusahaan untuk mendistribusikan uang tunai sesuai dengan pendanaan dan keputusan investasi? Apa hasil dari perubahan dalam kebijakan dividen dengan asumsi keputusan pembiayaan dan investasi yang stabil dari suatu perusahaan?
5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis (Midiastuty et all, 2009) Penelitian ini bermaksud untuk menguji informasi yang terkandung dalam pengumuman dividen dengan menggunakan Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Signaling theory mengatakan bahwa pasar akan bereaksi positif pada pengumuman peningkatan dividen dan dianggap sebagai sinyal terang tentang prospek perusahaan di masa mendatang, sedangkan rent extraction hypothesis mengatakan bahwa pasar akan bereaksi positif pada pengumuman peningkatan dividen dan pasar akan bereaksi negatif pada penurunan dividen, dan menginterpretasikannya sebagai sinyal ketidakinginan dari controling shareholders untuk melakukan eksploitasi terhadap pemegang saham minoritas, begitu juga sebaliknya pada pengumuman penurunan dividen.
6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?. Kania, Sharon L and Bacon, Frank W. ASBBS E-Journal, Volume 1, No. 1, 2005. Masih ada kontroversi atas dividen bagi perusahaan dan investor. Hal ini telah banyak diteliti oleh para peneliti dengan hasil yang berbeda. Beberapa peneliti telah mengambil pendekatan normatif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai keputusan dividen, sementara yang lain telah mengambil pendekatan perilaku, melihat langsung kepada manajemen untuk jawaban atas faktor-faktor apa yang masuk ke dalam proses pembuatan keputusan mereka. Sederhananya, kebijakan dividen adalah penentuan bagian mana dari pendapatan kas harus dipertahankan dalam perusahaan untuk reinvestasi dan mana dana yang dibayarkan kepada investor baik dari saat ini atau akumulasi laba ditahan.
  1. Gap Penelitian
No. Jurnal Gap Penelitian
1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5. 1.       La Porta et al (2000), Milton (2004) dan Kowalesky (2008) menemukan bahwa perusahaan dengan tata kelola yang baik memberikan dividen yang tinggi, sedangkandilain pihak Gugler (2003), Gugler dan Yurtoglu (2003), Mahadwarta (2003), Jiraporn dan Ning (2006), Renneboog dan Szilagyi (2008) malah menemukan bahwa perusahaan dengan tata kelola yang buruk lah yang memberikan dividen yang tinggi2.       Denis dan Osobov (2008), Milton (2004), Jiraporn dan Ning (2006) Kowalesky (2008) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

3.       Denis dan Osobov (2008), Milton (2004), Jiraporn dan Ning (2006) Kowalesky (2008), Gugler (2003), Gugler dan Yurtoglu (2003), Leal dan Carvarhal da Silva (2007) serta Renneborg dan Szilagyi (2008) sepakat menemukan bahwa perusahaan yang berpendapatan tinggi juga akan membayarkan dividen dengan tinggi pula, begitupun sebaliknya.

4.       Denis dan Osobov (2008), Milton (2004), Jiraporn dan Ning (2006) Kowalesky (2008), Gugler dan Yurtoglu (2003), Leal dan Carvarhal da Silva (2007) serta Renneborg dan Szilagyi (2008) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai hubungan negative dengan kebijakan dividen.

2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3. 1.       Al-Nawaiseh et al (2013) menemukan bahwa kepemilikan keluarga berhubungan negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan instritusi berhbungan positif signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan bersama berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, serta kepemilikan asing berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.2.       Abdullah, et al (2012) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berhubungan positif signifikan pada dividen.

3.       Gonzales, et al (2012) menemukan bahwa kepemilikan keluarga mempunyai pengaruh terhadap pembayaran dividen, keterlibatan keluarga dalam perusahaan serta pendiri perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen.

4.       Warrad et al (2012) menemukan adanya korelasi positif antara kepemilikan asing dalam struktur perusahaan terhadap kebijakan dividen.

5.       Fida et al (2012) menemukan hubungan negatif antara kepemilikan managerial dengan pembayaran kebijakan dividen dan pembayaran dividen berhubungan positif dengan kepemilikan instritusional dan asing.

6.       Nydalen (2012) menemukan bahwa ada hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan dengan dividen serta menemukan bukti kuat hubungan antara kepemilikian institusi dengna peningkatan pembayaran dividen.

7.       Al-Shubiri et al (2010) menemukan korelasi negatif antara kepemilikan institusi dengan dividen per saham dan menemukan hubungan negatif signifikan antara kepemilikan negara dengan tingkatan pembagian distribusi dividen kepada pemilik.

8.       Ramli (2010) menemukan bahwa kontrol dari kepemilikan mempengaruhi kebijakan dividen.

9.       Azfa dan Mirza (2010) menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan individu, ukuran perusahaan, aliran kas operasional dan profitabilitas berhubungan dengan dividen kas.

10.    Chai (2010) menemukan bahwa kepemilikan asing mempengaruhi kebijakan dividen.

11.    Rubin dan Smith (2007) menemukan ada korelasi positif antara kepemilikan institusional dengan pembayaran dividen perusahaan.

12.    Wei, et al (2003) menemukan hubungan positif antara kepemilikan dan dividen kas serta korelasi negatif antara kepemilikan publik dengan dividen saham.

13.    Kumar (2003) menemukan bahwa kepemilikan struktural tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000 – 2010. Cecep Taofikurochman dan Win Konadi. Jurnal Kebangsaan, Vol. I No. 2, Juli 2012. ISSN: 2089 – 5917 1.      Lawrence J Gitman (2000), Brigham & Erhardt (2002), Van Horne & Wachowizc (2004), Van Horne (2002) mengatakan bahwa manajemen perusahaan melalui peran manajer keuangan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keuangan dan kebijakan deviden.2.      Rozeff (1982) yang menganggap bahwa dividen memiliki atau mengandung informasi atau sebagai isyarat prospek perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja perusahaan di masa depan.

3.      Menurut Gill dan Green (1993) menyatakan bahwa likuiditas suatu perusahaan mempunyai pengaruh positif dengan Dividen Payout Ratio.

4.      Alli at al., (1993) menjelaskan posisi likuiditas menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dan laba di tahan yang tiinggi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga, karena adanya kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut telah digunakan untuk membayar hutang, atau melekat pada aktiva selain kas.

5.      Theobald (1978) yang diacu oleh Florentina (2001) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dengan Dividen Payout Ratio.

6.      Kale dan Noe (1990) mengembangkan sebuah model dimana risiko yang lebih rendah menghasilkan pembayaran dividen yang lebih rendah.

7.      Frank dan goyal (2000) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar akan menambah hutang untuk mendukung pembayaran dividen.

8.      Sutrisno (2001) menyatakan bahwa rasio hutang (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan dividen.

9.      Miller dan Modigliani (1961) menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan dividen sekarang dan masa yang akan datang.

10.   Kalay (1982) menyatakan bahwa investasi perusahaan memiliki dampak negatif terhadap keputusan dividen.

4. The Determinants of Corporate Dividend Policy. Amitabh Gupta Dan Charu Banga. Decision, Vol. 37, No.2, August, 2010. 1.      Alli, Khan dan Ramirez (1993) menemukan bahwa dividen tidak menyampaikan informasi mengenai arus kas masa depan perusahaan. Mereka melaporkan bahwa pada beta dan belanja modal perusahaan berbanding terbalik dengan pembayaran dividen (dividend payout).2.      Myers (2004) menemukan dukungan yang kuat untuk earnings, profit margin, institutional ownership dan debt to equity ratio terhadap keputusan dividen.

3.      Kania dan Bacon (2005) menemukan bahwa variabel seperti pertumbuhan penjualan, perluasan dan insider ownership memiliki dampak negatif pada keputusan dividen tetapi institutional ownership memiliki hubungan terbalik dengan dividen payout, yang bertentangan dengan literatur yang ada.

4.      Denis dan Osobov (2008) menemukan bahwa kecenderungan untuk membayar dividen turun untuk negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Perancis dan Jepang selama 1994-2002. Mereka juga melaporkan bahwa bukti internasional tidak mendukung preferensi investor untuk dividen, sinyal dan interpretasi klien sebagai variabel penting. Sebaliknya, mereka menyimpulkan bahwa arus kas bebas sebagai elemen utama dari keputusan dividen.

5.      Kevin (1992) menganalisis perilaku pembayaran dividen dari 650 perusahaan India selama September 1983 hingga Agustus 1984 dan menemukan bahwa profitabilitas dan pendapatan dari perusahaan adalah dua faktor utama yang menentukan dividen.

6.      Mahapatra dan Sahu (1993) menemukan bahwa arus kas, laba saat ini dan dividen masa lalu merupakan faktor penting yang berdampak pada keputusan dividen.

7.      Bhat dan Pandey (1994) menemukan bahwa laba tahun berjalan, pola dividen masa lalu, laba masa depan yang diharapkan, perubahan basis ekuitas perusahaan berdampak pada keputusan dividen.

8.      Anand (2004) melakukan survei dari 81 CFO untuk mengetahui faktor-faktor penentu kebijakan dividen perusahaan India. Ia menemukan bahwa perusahaan-perusahaan India menggunakan kebijakan dividen sebagai mekanisme sinyal untuk menyampaikan informasi tentang prospek mereka sekarang dan masa depan, dan hal itu mempengaruhi nilai pasar mereka. Dia juga melaporkan bahwa saat merancang kebijakan dividen, perusahaan mempertimbangkan preferensi investor untuk dividen.

9.      Hubungan antara tata kelola perusahaan dan perilaku pembayaran dividen dari perusahaan India diperiksa oleh Kumar (2006) dengan mempertimbangkan struktur keuangan, peluang investasi, sejarah dividen, tren pendapatan dan struktur kepemilikan selama 1994-2000. Dia menemukan hubungan positif dividen dengan laba dan tren dividen tetapi tidak menemukan hubungan antara kepemilikan asing dan pertumbuhan dalam pembayaran dividen.

10.   Kanwal dan Kapoor (2008) meneliti kebijakan dividen perusahaan di sektor teknologi informasi di India. Mereka mengeksplorasi berbagai faktor seperti profitabilitas, arus kas, pajak perusahaan, pertumbuhan penjualan dan peluang pertumbuhan yang berdampak terhadap kebijakan dividen perusahaan tersebut. Mereka melaporkan bahwa hanya arus kas yang menunjukkan penentu utama.

5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis (Midiastuty et all, 2009) 1.       Khoiruddin (2004), model harga saham dengan pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti akan meningkatkan nilai perusahaan.2.       Abdurahim (2004) pada 139 sampel perusahaan yang mengumumkan dividen pada tahun 1996 dan 1997 bahwa (1) pengumuman dividen bertambah yang dipublikasikan oleh perusahaan mendapat respon positif oleh investor selama periode pengamatan, (2) respon investor terhadap pengumuman dividen meningkat adalah positif dan tepat, namun respon mereka terhadap pengumuman dividen meningkat untuk perusahaan yang tidak mempunyai prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang adalah tidak tepat.

3.       Prasetio dan Susilastuti (2001) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return saham selama 11 hari periode pengamatan dibandingkan dengan rata-rata abnormal return saham selama 11 hari sebelum periode pengamatan, baik pada pengumuman dividen yang meningkat maupun menurun. Hal ini menunjukkan bahwa informasi dividen meningkat maupun menurun yang diumumkan olehperusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ.

4.       Pettit (1972) melakukan uji pengaruh pengumuman dividen terhadap harga saham di sekitar tanggal tanggal pengumuman dividen. Hasil yang memperoleh menunjukkan bahwa harga saham menyesuaikan secara cepat terhadap pengumuman dividen.

5.       Aharoni dan Swary (1980) dalam Pramastuti (2007) melakukan pengujian mengenai pengaruh pengumuman dividen dan earning yang dikaitkan dengan perilaku saham. Mereka menggunakan data pengumuman dividen baik yang didahului maupun yang diikuti oleh pengumuman earning dalam jangka waktu 11 hari. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengumuman dividen memberikan informasi yang lebih bermanfaat dari pada pengumuman earning. Hal ini bisa dilihat dari reaksi pasar yang positif terhadap kenaikan dividen dan reaksi pasar yang negatif terhadap penurunan dividen.

6.       Pramastuti (2007) pada 47 perusahaan menufaktur dengan jumlah observasi sebanyak 100 pengumuman pembayaran dividen selama periode pengamatan 2000-2003. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat reaksi positif terhadap peningkatan dividen dan terdapat reaksi nagatif terhadap penurunan dividen. Sehingga hasil penelitiaannya menyimpulkan bahwa kenaikan (penurunan) dividen direspon positif (negatif) oleh pasar

6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?. Kania, Sharon L and Bacon, Frank W. ASBBS E-Journal, Volume 1, No. 1, 2005. 1.       Baker, Veit, dan Powell (2001) melakukan penelitian pada perusahaan yang ada pada NASDAQ untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dari dua puluh dua faktor dievaluasi, faktor yang sangat relevan dalam keputusan kebijakan dividen adalah dividen masa lalu, stabilitas pendapatan, dan prediksi tingkat laba masa depan2.       Aivazian, Booth, dan Cleary (2003) menyimpulkan bahwa return on equity dan profitabilitas positif berkorelasi dengan dividen payout rasio. Studi mereka juga menyimpulkan bahwa perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi sering memiliki pembayaran dividen yang lebih rendah, dan ukuran perusahaan juga berkorelasi positif dengan dividend payou rasio.

3.       Moh’d, Perry, dan Rimbey (1995) menyimpulkan bahwa pembayaran dividen terkait positif dengan ukuran perusahaan. Ketika institutional ownership meningkat maka pembayaran dividen juga meningkat.

4.       Mick dan Bacon (2003) menemukan bahwa pola dividen masa lalu serta tingkat pendapatan saat ini dan laba yang diharapkan secara empiris relevan dalam menjelaskan keputusan dividen, dengan laba masa depan menjadi variabel yang paling berpengaruh.

5.       Dickens, Casey, dan Newman meneliti dampak ownership pada industri perbankan dan menemukan bahwa inside ownership berkorelasi negatif dengan payout ratio.

  1. Variabel Penelitian
No. Jurnal Variabel
1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5. Variabel dependen : Kebijakan dividenVariabel Independen : 1. Corporate Governance (menggunakan TDI = transparansi and disclosure index), 2. Ukuran Perusahaan (menggunakan total aset), 3. Profitability (ROE), 4. Pertumbuhan perusahaan (market book value of equity/book value of equity)
2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3. Variabel Dependen : Keputusan dividen (1 = ya, 0 = tidak) dan pembayaran dividen (Rasio dari total dividen dibagi total pendapatan)Variabel Independen : 1. Board Size (Jumlah direktur pada perusahaan), 2. Ukuran perusahaan (Natural log of total assets yang dilaporkan dalam laporan tahunan), 3. ROA, 4. ROE, 5. Leverage, 6. Pertumbuhan (diukur dengan persentase perubahan dari nilai total aset), 7. CEO Duality (1 = ya, 0 = tidak)
3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000 – 2010. Cecep Taofikurochman dan Win Konadi. Jurnal Kebangsaan, Vol. I No. 2, Juli 2012. ISSN: 2089 – 5917 Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel Kebijakan Dividen, terdiri atas liquidity (X1), profitability (X2), risk (X3), financing (X4), investment (X5) and ownership (X6) terhadap stock price (Y).
4. The Determinants of Corporate Dividend Policy. Amitabh Gupta Dan Charu Banga. Decision, Vol. 37, No.2, August, 2010. Variable dependennya adalah dividend rate. Variable independennya terdiri dari leverage, liquidity, profitability, ownership structure, dan growth.
5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis (Midiastuty et all, 2009) Variabel dependen : pengumuman naik turunnya deviden (Deviden per share)Variable independen : abnormal return (mengukur respon pasar), profitabilitas (diukur dengan ROE) dan controling shareholder
6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?. Kania, Sharon L and Bacon, Frank W. ASBBS E-Journal, Volume 1, No. 1, 2005. Penelitian ini menggunakan dividend payout ratio sebagai variabel dependen untuk mewakili keputusan dividen. Variabel bebas yang diuji meliputi: return on equity, pertumbuhan penjualan (sales growth, beta (risiko), current ratio, debt to total aset, insider ownership, institusional ownership, capital spending, dan earning per share.
  1. Metode Penelitian

 

No. Jurnal Metode Penelitian
1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5. 1.    Sampel didapat dari Indonesia Stock Exchange dari tahun 2004 s/d 2006.2.    Menggunakan regresi sebagai alat analisis

3.    Sampel didapatkan dari 248 perusahaan yang mengumumkan dividen periode 2004 s/d 2006.

2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3. 1.    Sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi (Pakistan) untuk periode 2007 s/d 20112.    Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Squart (OLS)
3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000 – 2010. Cecep Taofikurochman dan Win Konadi. Jurnal Kebangsaan, Vol. I No. 2, Juli 2012. ISSN: 2089 – 5917 1.    Objek penelitian adalah emiten-emiten dalam sektor industri konsumsi di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun 2000-2010. Sampelnya berjumlah 25 perusahaan.2.    Bentuk atau jenis penelitian ini dalam pelaksanaannya adalah menggunakan analisis verifikatif yaitu dengan melakukan uji hipotesa melalui pengolahan dan pengujian data secara statistik. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analisis atau gambaran secara sistematis mengenai fakta, sifat atau hubungan antar fenomena dari masalah yang diselidiki lalu menguji hipotesis atau hubungan variabel dari perhitungan dengan menggunakan statistik.

3.    Data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif, yang diwakilinya dengan data time series, yaitu data yang menggambarkan perkemba-ngan dari waktu ke waktu dari satuan periode tertentu.

4.    Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang meliputi data berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dengan menggunakan cara pooled data. Pooled data atau data panel menggabungkan data time series yaitu sebanyak 11 tahun dari tahun 2000-2010, dan data cross sectional yaitu sebanyak 25 perusahaan, sehingga jumlah data yang diamati sebanyak 275 data (11 tahun x 25 perusahaan).

5.    Penaksiran dan analisis hubungan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori ekonomi dan digunakan pendekatan analisis jalur (Path Analysis). Dan software yang digunakan adalah SPSS.

4. The Determinants of Corporate Dividend Policy. Amitabh Gupta Dan Charu Banga. Decision, Vol. 37, No.2, August, 2010. 1.    Populasi penelitian diambil dari Indeks BSE 500 berbasis luas. Sampelnya ada 150 perusahaan dari 16 industri.2.    Periode penelitian ini adalah tujuh tahun dari tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember 2007.

3.    Peneliti hanya termasuk perusahaan-perusahaan dalam sampel yang terus membayar dividen selama periode.

4.    Data yang diperlukan bersumber dari database Pusat Pemantauan Ekonomi India (CMIE).

5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis (Midiastuty et all, 2009) Menggunakan purposive sampling dengan kriteria:1.    Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI yang mengumumkan deviden 2 tahun berturut2 (2002 s/d 2006),

2.    Deviden yang diumumkan deviden kas,

3.    Memiliki data tanggal pengumuman deviden, data saham harian dan data IHSG harian dan

4.    Mempunya data ROE dari tahun 2003 s/d 2007

6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?. Kania, Sharon L and Bacon, Frank W. ASBBS E-Journal, Volume 1, No. 1, 2005. 1.    Sampel penelitian ini terdiri 542 perusahaan yang diambil dari database Multex Investor.2.    Penelitian ini mengamati data untuk semua perusahaan dalam sampel yang dipilih pada akhir kuartal kedua 2004.

3.    Sumber datanya adalah MultexInvestor.com.

4.    Penelitian ini menggunakan Ordinary Least Squares (OLS) Regresi.

 

  1. Hasil

 

No. Jurnal Hasil
1. Corporate Governance And Dividend Policy In Indonesia oleh Setiawan, Doddy dan Phua, Lian Kee (2013) dalam Emerald Journal, Vol. 14 No.5. 1.    Corporat Governance berhubungan negatif dengna kebijakan dividen2.    Ukuran perusahaan tidak berhubungan dengan kebijakan dividen

3.    Profitabilitas berhubungan positif dengna kebijakan dividen

4.    Pertumbuhan berhubungan positif dengan dividen.

2. Ownership Structure And Dividend Policy Oleh Arshad et. al (2013) dalam Interdisplinary Journal Of Contenporary Research In Business, Vol. 5, No. 3. 1.   Pembayaran dividen berhubungan positif dengan Ukuran Perusahaan,Jumlah Direktur, Leverage dan ROE2.   Pembayaran dividen berhubungan negatif dengan Pertumbuhan, ROA dan CEO Duality

3.   Jumlah Direktor berhubungan positif signifikan dengan Keputusan Dividen

4.   Leverage dan Pertumbuhan berhubungan negatif dengan keputusan dividen

3. Analisis Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Konsumsi Periode 2000 – 2010. Cecep Taofikurochman dan Win Konadi. Jurnal Kebangsaan, Vol. I No. 2, Juli 2012. ISSN: 2089 – 5917 1.   Liquidity dan risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen2.   financing dan ownerships structure berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
4. The Determinants of Corporate Dividend Policy. Amitabh Gupta Dan Charu Banga. Decision, Vol. 37, No.2, August, 2010. Berdasarkan hasil regresi, untuk uji F hasilnya signifikan yang berarti semua variable independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.1.   Leverageperusahaan memilikihubungan negatifdengantingkatdividen

2.   Likuiditas menunjukkan hubungan positif dan signifikan dengan tingkat dividen

3.   Ownership structure memiliki koefisien positif terhadap tingkat dividen.

4.   Growth positif dan signifikan terhadap tingkat dividen.

5.   Profitabilitas menunjukkan koefisien negatif terhadap tingkat dividen.

5. Analisis Kebijakan Dividen : Suatu Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis (Midiastuty et all, 2009) 1.   Pengumuman deviden berpengaruh signifikan terhadap abnormal return2.   Pengumuman deviden berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

3.   Pengumuman deviden tidak menimbulkan reaksi berbeda antara perusahaan yang memiliki controling shareholder dengan perusahaan yang tidak memiliki controling shareholder

6. What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?. Kania, Sharon L and Bacon, Frank W. ASBBS E-Journal, Volume 1, No. 1, 2005. Analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa:1.    Variabel-variabel berikut berhubungan negatif dengan dividend payout ratio, yaitu: return on equity, sales growth, beta, current ratio, insider ownership dan institutional ownership.

2.    Sedangkan capital spending per share dan debt to total assets berhubungan secara positif dengan dividend payout.

 

  1. Kesimpulan

Dari hasil analisis diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penelitian mengenai dividen merupakan penelitian yang telah lama dilakukan dan biasanya penelitian ulang dilakukan karena belum konsistennya hasil yang didapatkan.
  2. Selain itu penelitian ulang juga biasa dilakukan karena adanya kondisi yang unik pada sampel sehingga diharapkan nantinya akan mendapatkan hasil yang berbeda.
Dipublikasi di Lainnya Yang Tidak Terkait | Meninggalkan komentar

Pembahasan Iseng. Hehe

Persepsi

Intinya, Persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulasi yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterprestasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut, setiap individu memberikan arti kepada stimulasi secara berbeda meskipun objeknya sama. Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.Menyatukan persepsi dalam organisasi dengan menyamakan visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.

Persepsi seringkali salah karena cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri, proses menginterprestasikan stimulasi ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar individu, setiap individu memberikan arti kepada stimulasi secara berbeda meskipun objeknya sama. Menurut saya persepsi merupakan sudut pandang/informasi seseorang terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.

Kepribadian dalam Organisasi

Bahwa kepribadian adalah organisasi yang unik bagi individu, lalu diperlukan penyesuaian dengan lingkungan karena setiap orang mempunyai perbedaan karakteristik/kepribadian antara satu dengan yang lain oleh karena itu perlu penyesuaian.

Makna yang terkandung dalam pengukuran kepribadian adalah bahwa seseorang mempunyai perilaku yang berbeda-beda sehingga perlu adanya pengukuran kepribadian seseorang agar nilai-nilai moral seseorang bisa dipahami.

Menurut Gordon W. Allport (1897-1967) yang menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis, dimana seseorang indivudu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain dan kepribadian merupakan struktur dan sekaligus proses, kpribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan, dengan katakunci kepribadian adalah penyesuaian diri.

Sikap Dalam Organisasi

Jika salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang tidak lengkap maka seseorang tersebut belum mempunyai sikap yang sempurna atau belum seimbang.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap

Pengalaman pribadi -> Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Pengaruh kebudayaan -> Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Pengaruh orang lain yang dianggap penting -> Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

Media massa -> Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama -> Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

Pengaruh faktor emosional -> Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Faktor –faktor yang lain dapat membentuk sikap dalam organisasi

Jenis Ras/ Keturunan -> Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.

Jenis Kelamin -> Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.

Sifat Fisik -> Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya

Intelegensia -> adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya

 Motivasi Dalam Organisasi

Menyatukan motivasi yang bervariasi dalam organisasi dan alatnya dengan upaya mengindentifikasi dan memahami atas kebutuhan seseorang, karena kebutuhan seseorang berbeda-beda. Dengan perlakuan secara adil rasa yang adil membuat seseorang bekerja efektif.

Motivasi karyawan dapat dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif yang diinginkan karena seseorang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang karyawan, bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan .

Harapan-harapan karyawan yang dapat terukur dalam bekerja apabila mereka merasa bahwa ada hubungan yang kuat antara usaha dan kinerja, kinerja dan penghargaan, serta penghargan dengan pemenuhan tujuan-tujuan pribadi dan rasa adil bagi karyawan tersebut.

Dinamika Kelompok

Awal dibentuknya sebuah kelompok dilandasi adanya perasaan dan persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan selanjutnya timbul motivasi untuk memenuhinya agar dapat mencapai tujuan tesebut maka dibentuk suatu kelompok, intinya karena mempunyai tujuan yang sama.

Berawal dari tidak ada konflik malah timbul konflik disebabkan perbedaan persepsi antara satu sama lain yang memaksakan kehendaknya masing-masing dan mementikan diri sendiri maka akan timbul konflik

Bahwa setelah ada penyesuaian dalam kelompok maka terjadinya perkembangan dalam kelompok karena masing-masing individu telah saling memahami dan mengerti pribadi masing-masing sehingga akan memberikan kemudahan dalam membentuk team dan mencapai tujuan kelompok tersebut.

Stress Organisasi

Ketidakpastian lingkungan dan perubahan ekonomi dapat menimbulkan stress karena keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu/tidak seimbang, situasi menekan secara terus-menerus, apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan, sesuatu yang tidak pasti membuat seseorang merasa binggung mengatasi sehingga membuat seseorang stress

Obat yang ampuh untuk mencegah dan mengobati stress adalah dengan a. pendekatan individual : penerapan manajemen waktu, penambahan waktu olahraga, pelatihan relaksasi, b. Pendekatan: organisasi : menciptakan iklim organisasi yang mendukung, adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik, mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional, penetapan tujuan yang realistis, pendesainan ulang pekerjaan, perbaikan dalam komunikasi organisasi, membuat bimbingan konseling. Stress dapat dicegah dengan cara menghadapinya dengan belajar dan bekerja keras dan dijalani dengan ikhlas dan selalu bersyukur.

Stress menurut saya akan terjadi pada siapapun, stress yang positif maupun stress yang negatif. Stress bisa saja tidak terjadi apabila seseorang tersebut bisa mengatasinya dan apabila seseorang tersebut tidak lagi mempunyai pemikiran yang rasional dan emosi lagi.

Pengambilan Keputusan

Keputusan menejer dapat saja salah dalam mengambil keputusan dalam organisasinya,perseorangan dan untuk organisasinya karena dalam pengambilan keputusan sesorang menejer didasarkan atas keyakinannya dan menejer tidak mampu untuk memperhitungkan dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta dampak positif dan negatif dari keputusanya.

Peranan bawahan dalam mengambil keputusan organisasi memberikan masukan-masukan/strategi yang positif kepada organisasinya serta mentaati dan menjalani keputusan bersama dalam organisasi, sebaliknya peranan atasan mengambil keputusan yang terbaik untuk organisasinya. Karena dalam suatu pengambilan keputusan didasarkan dengan faktor-faktor internal dan eksternal serta dampak positif dan negatif, seoarang bawahan memberikan kontribusi pemikiran-pemikiranya dalam suatu pengambilan keputusan sedangkan atasan mengambil keputusan berdasarkan keyakinannya, masukan-masukan dari bawahan inilah yang harus dipilah-pilah oleh seorang atasan agar mendapatkan keputusan yang terbaik untuk organisasinya.

Daftar Pustaka

Amstrong, Michael. (2012). Armstrong’s Handbook Of Human Resource Management Practice. British Library: Twelve Edition.

Fernanda, Desi. (2009). Etika Organisasi Pemerintah. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Lembaga Adminstrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta.

George, Jenifer M & Jones, Gareth R. (2012). Understanding and Managing Organizational Behavior. Prentice Hall : Sixth Edition.

Lestari, Endang & Maliki. (2009). Komunikasi Yang Efektif. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Lembaga Adminstrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta.

Pranoto, Juni & Suprapti, Wahyu. (2009). Membangun Kerjasama Tim (Team Building). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Lembaga Adminstrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta.

Ratna, Sri. (2009). Dinamika Kelompok. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Lembaga Adminstrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta.

Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. (2011). Perilaku Organisasi. Salemba Empat : Edisi Kedua Belas, Jakarta.

Sutrisno, Edi. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.

Supriyadi, Gering & Guno, Tri. (2009). Budaya Kerja Organisasi Pemerintah. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi III). Lembaga Adminstrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta.

Dipublikasi di Lainnya Yang Tidak Terkait, Perilaku Organisasi | Meninggalkan komentar

Otonomi Daerah : Sebuah Kritikan Untuk Organisasi Pemerintah

ORGANISASI PEMERINTAH DAN PENJELASANNYA

 Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu (Wikipedia, ……….). Pemerintah terbagi atas beberapa bentuk, diantaranya:

I. Republik

Republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan dan sering dipimpin atau dikepalai oleh seorang presiden. Istilah ini berasal dari bahasa Latin res publica, atau “urusan awam”, yang artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh rakyat.

II. Monarki terbagi atas dua, yaitu:

1. Monarki Konstitusional

Monarki konstitusional adalah sejenis monarki yang didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui Raja, Ratu, atau Kaisar sebagai kepala negara, namun raja hanya berfungsi sebagai simbolis dari negara tersebut sedangkan penguasa penuh pemerintahan berada ditangan perdana menteri

2. Monarki Mutlak

Monarki mutlak atau monarki absolut merupakan bentuk monarki yang berprinsip seorang Raja mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Berbeda dengan sistem monarki konstitusional, perdana menteri dalam kerajaan monarki mutlak hanya memainkan peranan simbolis.

III. Persemakmuran

Persemakmuran pada mulanya berarti sebuah negara yang dipimpin untuk kemakmuran bersama dan bukan hanya untuk kemakmuran beberapa orang dari kelas tertentu saja. Pada zaman sekarang istilah ini lebih bermakna umum yang kurang lebih artinya komunitas politik antar negara, seperti persemakmuran Inggris yang beranggotakan negara-negara bekas jajahan Inggris.

Sedangkan sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur pemerintahannya. Di Indonesia, sistem pemerintahan menganut sistem presidensial, disebut juga dengan sistem kongresional, di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan tidak jarang menjadi statis.

Sistem pemerintahan berfungsi untuk menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang berkesinambungan dan demokrasi dimana masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Sistem pemerintahan juga dapat berfungsi sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.

KRITIKAN TERKAIT DENGAN ORGANISASI PEMERINTAH

Organisasi Pemerintah (pusat/daerah) di Indonesia jelas mengacu ke arah otonomi daerah dimana terbukti mampu meningkatkan kemajuan potensi-potensi daerah tersebut. Namun, dibalik suksesnya Pemerintahan yang berbasiskan otonomi daerah, ada beberapa hal yang patut dikritisi dari pelaksanaanya tesebut, diantaranya :

  1. Peraturan pusat yang tidak cocok diterapkan di daerah.

Terkadang pemerintah pusat mengeluarkan peraturan yang tidak dapat diterapkan untuk daerah-daerah tertentu. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pusat hanya bermaksud mengatur secara keseluruhan masyarakat. Namun terkadang, peraturan tersebut tidak bisa diterapkan di beberapa daerah. Misalnya peraturan tentang Undang-undang Pornografi dimana hal tersebut tidak mungkin diterapkan di beberapa daerah seperti Bali dan Papua. Kita sama-sama mengetahui kalau di Bali banyak sekali patung-patung kerajinan tradisional yang terkadang diukir dengan telanjang dan di Papua masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan pakaian penutup badan, hanya menggunakan koteka saja (sejenis penuutp alat kelamin).

  1. Peraturan daerah yang berbeda dengan pusat.

Terkadang daerah mengeluarkan peraturan yang berbeda dengan pusat. Hal ini bisa terjadi karena kebijakan kepala daerah tersebut. Salah satu contoh perbedaan tersebut adalah dalam penetapan cuti di Pemerintah Provinsi Jambi. Menurut aturan Pemerintah Provinsi Jambi, maksimal PNS (Pegawai Negeri Sipil) dalam suatu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) bisa mengambil cuti adalah sebesar 5 % dari total pegawai yang ada. Jika suatu SKPD mempunyai PNS sebanyak 100 (seratus) orang, maka hanya 5 (lima) orang yang boleh mengambil cuti secara bersamaan. Hal ini bertentangan dengan aturan pusat dimana tidak ada ketentuan pembatasan jumlah PNS yang akan mengambil cuti, sehingga terkadang PNS daerah dirugikan karena terbatasnya kuota cuti apalagi untuk hari-hari besar keagamaan.

  1. Potensi menimbulkan raja-raja kecil di daerah

Otonomi daerah dapat menimbulkan masalah baru. Salah satunya kemungkin timbul raja-raja kecil di daerah. Hal ini mungkin saja bisa terjadi jika kontrol dari pusat lemah. Kejadian timbulnya raja-raja kecil ini sudah terjadi di Provinsi Banten, dimana hampir 70 % kepala daerah yang ada di provinsi tersebut dikuasai oleh satu keluarga dan akhirnya pelaksanaan pemerintahan lebih kepada menyejahterakan keluarga tersebut dari pada rakyat.

  1. Rentan masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di daerah

Otonomi daerah yang tidak profesional pelaksanaanya sangat rentan timbulnya masalah KKN. Kita bisa ambil contoh di Provinsi Jambi yang mana banyak petinggi pemerintahan yang terkait Korupsi seperti Sekretaris Daerah Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Provinsi Jambi. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan organisasi daerah yang tidak dilaksanakan dengan profesionalisme sehingga terjadilah kesalahan yang berujung pada tindak pidana korupsi.

  1. Kesenjangan antar daerah

Otonomi daerah juga menciptakan masalah baru, yaitu tidak meratanya pembangunan daerah. Daerah yang memiliki kekayaan alam lebih sangat berpotensi lebih sejahtera dibandingkan daerah yang kurang kekayaan alamnya. Sebagai contoh perbandingan antara Provinsi Riau dengan Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi Riau yang kaya akan minyak mampu menyejahterkan rakyatnya jauh lebih sejahtera dibandingkan Provinsi NTB yang hampir tidak memiliki sumber kekayaan alam. Ini tentu saja dapat menimbulkan kesenjangan antar daerah dan nantinya berpotensi menimbulkan konflik nasional jika tidak bisa ditangani dengan baik oleh pemerintah pusat.

KESIMPULAN

  1. Organisasi pemerintah di Indonesia mengacu kepada otonomi daerah dimana dapat meningkatkan potensi daerah untuk menyejahterakan masyarakat jika dilaksanakan secara profesional
  2. Otonomi daerah yang tidak dilaksanakan dengan profesional dapat menimbulkan masalah baru seperti potensi timbulnya raja-raja kecil dan berujung pada KKN
  3. Otonomi daerah juga dapat menimbulkan perbedaan aturan antara pusat dan daerah, tidak cocoknya aturan pusat untuk daerah dan kesenjangan ekonomi antar daerah

 DAFTAR PUSTAKA

 Hidayah, Yetti. 2011. http://yettihidayah.blogspot.com/2011/11/kelebihan-dan- kekurangan-otonomi-daerah.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014.

 Wikipedia. …….. Pemerintah. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014

 Wikipedia. …….. Sistem Pemerintahan. http://id.wikipedia.org/wiki/ Sistem_pemerintahan. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014.

 ………… 2013. http://mancinginfo.blogspot.com/2013/10/kelebihan-dan-kekurangan-otonomi-daerah.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014.

 

Dipublikasi di Lainnya Yang Tidak Terkait, Perilaku Organisasi | Meninggalkan komentar

Kritikan Atas Dinamika Kelompok : Study Kasus Arisan Sosialita

BAB I

PENDAHULUAN

Beberapa waktu lalu, peneliti membaca tentang ulasan menarik mengenai arisan dan sosialita perkotaan (Tempo Online, 27 April 2013). Peneliti tertarik dengan dinamika kelompok yang ada di dalamnya. Oleh karenanya peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai hal ini dan melakukan kritisi atas dinamika kelompok ini.

Didaerah perkotaan, terutama perkotaan besar dan pusat industri seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya yang sejenis, banyak kita jumpai tempat-tempat untuk berkumpul seperti kafe, resto, tempat karaoke dan sebagainya yang berfungsi sebagai tempat kumpul, ngobrol atau hang out yang digunakan oleh komunitas-komunitas tertentu mulai dari komunitas anak sekolah, eksekutif muda maupun para sosialita untuk melepas kepenatan rutinitas sehari-hari. Salah satu bentuk pelepas rutinitas yang dilakukan sosialita dan eksekutif muda tersebut yaitu arisan.

Arisan yang tergambar dalam kehidupan sosialita ini tentunya sudah bergeser dari konsep aslinya secara sosial-budaya. Arisan sosialita ini merupakan wujud dimana orang dapat melepas jati dirinya, hingga terjadi refleksi diri untuk mandapatkan jati diri yang baru (Corliana, 2011, 2). Hal ini menarik untuk dicermatisebagai satu kajian mengenai dinamika kelompok sosial terhadap perilaku masyarakat perkotaan yang dinamis. Pada dasarnya kehidupan sosial suatu masyarakat tidak bersifat stagnan, ia akan selalu berubah sesuai dengan perubahan jaman dan perkembangan manusianya. Demikian juga yang terjadi pada masyarakat perkotaan, yang dalam sosiologi antropologi disebut sebagai masyarakat kompleks. Kompleksitas masyarakat ini dapat terlihat dari semakin terspesialisasinya pekerjaan, maupun komunitas-komunitas yang terbentuk di dalamnya.

Dalam interaksi sosialnya masyarakat ini memiliki pranata sosial yang mengatur perilaku individunya sehingga mencapai suatu keteraturan. Baik itu pranata sosial yang mengatur perilaku individu di ranah publik maupun domestik atau di lingkungan pekerjaan atau lingkungan rumah. Pranata sosial ini akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakatnya. Namun demikian, adakalanya pranata sosial yang merupakan aturan dalam suatu struktur masyarakat tidak selamanya menjadi sesuatu yang nyaman buat individu tertentu dalam menjalani kehidupannya. Rutinitas pekerjaan di perkotaan membuat warganya membutuhkan suatu penyegaran di waktu senggang mereka. Salah satu bentuk pengisi waktu luang adalah dengan membentuk kekompok-kelompok dengan kegiatan yang beragam yang dilakukan secara berkala, yang biasanya dilakukan diwaktu libur atau week end. Dalam kegiatan waktu luang ini mereka dapat mengekspresikan keinginannya tanpa dibebani oleh pranata sosial yang ketat, yang disebut wilayah anti struktur (Corliana, 2011, 2) atau lebih dikenal dengan nama arisan sosialita.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

  1. TEORI DINAMIKA KELOMPOK
  1. Definisi Dinamika

Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”. Dinamikaberarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan.Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis.

  1. Definisi Kelompok

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :

  1. Hornby, A.S berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
  2. Webster, mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
  3. Sherif, berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya
  4. Slamet Santosa mengatakan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.

Karakteristik atau ciri suatu kelompok menurut Shaw ada 6, yaitu:

  1. Persepsi dan kognisi anggota kelompok
  2. Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)
  3. Tujuan kelompok (Group Goals)
  4. Organisasi Kelompok
  5. Ada ketergantungan antara anggota kelompok
  6. Interaksi

Selain itu karakteristik kelompok adalah:

  1. Adanya interaksi,
  2. adanya struktur,
  3. Kebersamaan,
  4. Adanya tujuan,
  5. ada suasana kelompok,
  6. adanya dinamika interdependensi.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.

  1. Hakikat Dinamika Kelompok

Menurut beberapa ahli, dinamika kelompok adalah :

  1. Menurut Zaltman, Dinamika Kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.
  2. Definisi singkat dinamika kelompok dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan Manson; dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
  3. Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
  4. Dinamika Kelompok adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat di dalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap kelompok lain. Dinamika Kelompok juga mencakup studi tentang Cohesiveness, Leadership, Proses pengambilan keputusan dan pembentukkan subkelompok (J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology).
  5. Slamet Santosa, mengartikan Dinamika Kelompok sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
  6. Dinamika Kelompok adalah suatu Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota (Suardi).

Jadi pada hakikatnya, Dinamika Kelompok mencakup proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat Deskriptif, tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam keorganisasian-keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan dinamika kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.

Kemudian berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan pengertian atau hakikat dari Dinamika Kelompok itu sendiri adalah Studi tentang interaksi dan Interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain dengan adanya feed back dinamis atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan memiliki tujuan tertentu.

Dalam kajian Psikologi fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih ditekankan kepada aspek psikologis dan tingkah laku individu dalam kelompok. Sedangkan dalam kajian Sosiologi, dinamika kelompok lebih ditekankan pada kajian mengenai kehidupan bermasyaraknya/interaksi sosialnya.

  1. ARISAN SOSIALITA DAN PEMBAHASANNYA
  1. Definisi Arisan Sosialita

Sigmund Freud (http://www.detik.com, 15 Januari 2014), bapak psikoanalisis pernah mengungkapkan sebuah teori; jika individu berkumpul membentuk massa, mereka akan meninggalkan pola pikir masing-masing dan beralih ke pikiran kolektif. Di era modern, teori yang dikemukakan Freud tersebut terjadi juga di arisan kalangan sosialita. Arisan adalah salah satu contoh pikiran kolektif dalam bentuk sederhana, sehingga anggotanya mudah digiring untuk menerima atau menolak suatu ide.

Poppy Dharsono (www.tempo.com, 27 April 2013), mengatakan bahwa arisan merupakan budaya khas Indonesia. Sebagai ajang silaturahmi yang sudah ada sejak zaman dulu. Mengumpulkan uang para anggotanya, lalu uang yang terkumpul dikocok, kemudian nama yang keluar jadi pemenangnya. Arisan sosilita sudah ada sejak awal 1800-an. Kata sosialita sendiri, lanjut dia, asalnya dari Negeri Abang Sam, yaitu socialite alias social elite. “Bila diartikan adalah mereka yang termasuk dalam kalangan itu memiliki garis keturunan keluarga kaya, bahkan ketika leluhurnya masih berada di tanah Eropa”.

Sedangkan menurut Amy Atmanto (http://www.tempo.com, 17 April 2013), sosialita adalah sekumpulan orang yang berasal dari berbagai lintas profesi, sangat mapan, memiliki aktualisasi diri yang baik, kemampuan yang sangat tinggi, dan perasaan mau berbagi dengan yang lain.

Nadia Mulya (http://www.detik.com, 15 Januari 2014) juga menjelaskan bahwa arisan adalah mereka yang berusaha mencari orang-orang sejenis. Contohnya kalau ada arisan istri pejabat yang boleh ikut hanya pejabat. Kalau arisan istri para pekerja, hanya diikuti istri para pekerja dan pastinya arisan sosialita hanya diikuti kalangan sosialita. Selain itu ada arisan lainnya yang terbentuk karena banyak motivasi lainnya. Di antaranya yaitu reuni, silaturahmi, berdagang, kesamaan lokasi, kesamaan minat hingga alasan profesi dan memperluas jaringan.

Jadi arisan sosialita dapat disimpulkan sebagai ajang perkumpulan orang-orang dari berbagai lintas profesi yang sangant mapan, memiliki aktualisasi diriyang baik dan berbagi dengan yang lain dengan cara bersilaturahmi dengan kelompok yang sejenis.

  1. Efek Positif dan Negatif dari Arisan Sosialita
  2. Manfaat Positif Arisan Sosialita
  • Sarana membantu orang lain dengan kegiatan sosial

Arisan sosialita ada juga yang menyangkut kegiatan sosial. Tapi, menurut Veven (www.tempo.com, 26 April 2012), keterlibatan kaum tersebut di kegiatan sosial lebih karena ada faktor kedekatan dan pengalaman. Misalnya mereka peduli pada penyakit lupus karena ada orang dekat atau saudara yang menderita penyakit lupus. Jadi tidak murni berniat untuk membuat kegiatan sosial atau sejenisnya, namun terkait faktor lain yang bersifat personal.

  • Sarana mempromosikan bisnis anggota

Amy (http://www.tempo.com, 17 April 2013) menjelaskan, tidak selalu arisan sosialita yang diikutinya mengarah kepada hal negatif. Terkadang arisan tersebut menjadi ajang promosi bagi teman-teman yang mempromosikan bisnisnya seperti bisnis properti dan galeri lukisan.

  • Sarana memperdalam ilmu agama

Arisan sosialita tidak saja menyangkut kemewahan, terkadang juga terkait dengan agama. Ada arisan sosialita yang anggotanya antara lain para istri menteri kabinet, artis Cut Yanti, dan Marshanda, banyak mengisi acara dengan misi agama dan sosial, seperti mendatangkan para ustad dan mengundang anak yatim. “Semua sungguh bermakna positif dan tidak ada yang bermaksud jorjoran, apalagi ajang pamer,” kata Amy (http://www.tempo.com, 17 April 2013).

  1. Efek Negatif Arisan Sosialita
  • Ajang pamer barang mewah

Pengamat budaya Veven Sp Wardhana (Tempo.com, 26 April 2012) berpendapat bahwa kegiatan sosialita di Indonesia lebih cenderung pada kelompok arisan barang mewah, ngerumpi, faktor kekayaan, dan profesi mentereng. Para sosialita ini juga membuat arisan berlian hingga barang-barang mewah lainnya.

  • Ajang pemborosan

Menurut Poppy Dharsono (Tempo, 27 April 2013), arisan sosialita juga menjadi tempat belanja tas mahal atau barang branded lainnya yang terkadang berharga ratusan juta rupiah. Sedangkan manfaatnya sama saja dengan tas-tas biasa yang dijual dipasaran.

  • Ajang buang waktu

Ketika perempuan sosialita berkumpul, mereka kebanyakan hanya sibuk mengobrol atau bertukar kabar. Tapi yang paling parah adalah sekitar 70 persen waktu arisan dihabiskan hanya untuk berfoto, menurut Nadia Mulya dan Joy Roesma (www.tempo.com. 28 April 2013).

  • Mengajarkan gaya hidup hedonisme (besar pasak dari pada tiang)

Salah seorang sosialita yang tidak memiliki karakter dan pemahaman finansial keluarganya, bisa terseret dalam gaya hidup hedonisme. Menurut Nadia (www.detik.com, 15 Januari 2014), banyak kalangan sosialita juga memanfaatkan arisan untuk menjual sejumlah barang bermerek. Seperti tas bermerek, perhiasan, baju, gelang, dan jam Rolex.Penawaran itu ditambah dengan iming-iming diskon atau cicilan. Jika tidak kuat menolak, maka banyak yang jadi tercebur dan ikut-ikutan dalam gaya hidup tersebut.“Yang menyedihkan, pada saat mereka berkumpul dengan si orang-orang kaya dan merasa ‘oh gua juga kaya’. Padahal pas dia pulang ke rumah, ternyata tidak seperti itu, dan pastinya suami juga tidak mendukung. Sementara dia sudah tercebur dan merasa senang karena bisa bergaul dengan istri para konglomerat.

Bahkan para ibu-ibu arisan tak sungkan merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli gaya hidup, mulai dari perawatan kecantikan seperti operasi plastik, perawatan salon yang berjam-jam, menyewa, belanja baju, tas, sepatu, hingga menyewa make up artist khusus dan fotografer professional.

Tas Birkin dan Kelly keluaran Hermes misalnya. Kalangan urban melihat tas sebagai indikator strata sosial. Maka makin mahal dan bergengsi tas yang disandang, statusnya akan kian meningkat. Demi mendapat pengakuan itu pula, tak jarang banyak orang yang memaksakan diri. Walhasil, tak jarang arisan para sosialita banyak yang cenderung menjadi kegiatan hura-hura. Tujuan sosial arisan pun berganti jadi ajang untuk pamer kekayaan dan tampil heboh demi bisa masuk liputan media. Mereka berlomba tampil bagus dan maksimal sesuai dress code yang tak biasa.

  • Ajang hura-hura

Psikolog Universitas Indonesia, Ratih Andjayani Ibrahim (www.detik.com, 15 Januari 2014) mengatakan modifikasi arisan yang cenderung jadi kegiatan hura-hura menunjukan gaya hidup yang cetek.Jika makin lama makin jor-joran, dan mengacu pada gaya hidup hedonisme belaka, bisa dikatakan itu arisan sosialita tersebut mengarah ke gaya hidup cetek.

  • Ajang maksiat (sex bebas)

Banyak cerita di balik arisan para sosialita. Modifikasi arisan banyak terjadi. Jika biasanya menggunakan uang, ada juga kocokannya bukan lagi sebatas uang. Namun, menurut Nadia (www.detik.com, 15 Januari 2014), mengakui banyak arisan yang menggunakan model kocokan tak lazim seperti brondong (pria muda) atau juga PIL (perempuan idaman lain).

Brondong merujuk pada pria muda yang mengencani wanita matang. Ada berbagai bentuk arisan brondong, antara lain brondong yang memang dijadikan hadiah bagi yang menang kocokan setiap bulannya. Ada juga arisan yang ditemani segerombolan brondong saat berkumpul dan ada yang memodifikasinya dengan kreatif sehingga si brondong menjadi bagian dari “pertunjukan” arisan.

Arisan sejenis tidak hanya dilakukan oleh ibu-ibu saja, tetapi banyak juga dilakukan kelompok pria. Bahkan ada arisan ”mobil goyang” di mana pesertanya adalah para pria nakal yang mengundi kesempatan untuk bisa keliling dengan mobil mewah “ditemani” seorang wanita panggilan.

BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Tidak ada yang salah dengan arisan. Yang salah adalah cara menafaatkannya.
  2. Peneliti menilai lebih banyak manfaat negatif dari arisan sosialita ini dibanding positifnya, jadi sebaiknya dijauhi saja.
  3. Untuk kegiatan sosial dan keagamaan, tidak mesti dilakukan dengan arisan ini. Cukup bergabung ke yayasan-yayasan sosial dan perkumpulan keagamaan tanpa harus menjadikan arisan ini sebagai pijakan dasarnya. Karena nantinya kecendrungan arisan ini akan berubah menjadi arisan negatif sangat mungkin sekali.

DAFTAR PUSTAKA

http://duniamediagila.blogspot.com/2013/12/sosialita-orang-berduit-atau-orang-yang.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok

http://metropolitanonline.co/2014/01/16/heboh-arisan-berhadiah-brondong

http://news.detik.com/read/2014/01/15/161653/2467943/10/sosialita-antara-tas-ratusan-juta-hingga-barang-tiruan

http://www.merdeka.com/peristiwa/gaya-sosialita-jakarta-arisan-rp-100-juta-dugem-brondong.html

http://www.solopos.com/2009/07/19/arisan-female-santai-tapi-serius-134149

http://www.tabloidbintang.com/articles/berita/polah/5503-hapus-imej-negatif-sosialita-mama-lemon-bentuk-arisan-hot-mama

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/26/108476154/Apa-Beda-Sosialita-Indonesia-dan-Sosialita-Dunia

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/27/108476293/Arisan-Sosialita-Jadi-Ajang-Pamer-Ini-Kata-Poppy

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/27/108476287/Begini-Kegiatan-Arisan-Sosialita-Amy-Atmanto

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/28/219476350/Syarat-Jadi-Sosialita-yang-Sesungguhnya

Corliana, Tellys (2011). Arisan sebagai “Ruang Liminal” Sosialita Perkotaan (Analisis Simbolik Interpretatif Terhadap Film “Arisan” Perspektif Antropologi Media). FISIP UHAMKA, Jakarta Selatan, Jakarta.

Dipublikasi di Perilaku Organisasi | Meninggalkan komentar

Payback Period dan Penjelasannya

Pengertian Payback Period

Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Selanjutnua menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.
Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.
Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.

Rumus Payback Periode
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun

• Periode pengembalian lebih cepat : layak
• Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
• Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih

Kelebihan dan Kelemahan Payback Period
Kelebihan
Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.
Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.
Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.
Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan
Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai.
Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).
Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.
Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.

Contoh Perhitungan Payback Period
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah:
Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun
Payback Peiod=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period=2 tahun
Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang paling kecil.
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda
PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai berikut:

Tahun Proceed Proceed Kumulatif
1 $ 50.000 $ 50.000
2 $ 40.000 $ 90.000
3 $ 30.000 $ 120.000
4 $ 20.000 $ 140.000
Maka payback periodnya adalah:
Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

DAFTAR PUSTAKA

http://sunethz.blogspot.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-dari-masing.html
http://desy-pinarningrum.blogspot.com/2011/11/perbedaan-dan-fungsi-dari-metode-pbp.html
http://madces.blogspot.com/2011/02/capital-budgeting-decision-process.htm
http://henikaweningwening.blogspot.com/2012/10/metode-payback-period.html

Dipublikasi di Manajemen Keuangan | Meninggalkan komentar

Publikasi Masyarakat : Sarana Efektif untuk Beriklan (Studi Kasus di Komplek Kelapa Gading)

Pertanyaan

  1. Komunikasi adalah proses dua arah. Diskusikan pernyataan ini berkaitan dengan Kepala Gading!
  2. Uraikan kesuksesan dari publikasi cetak ini dalam kaitannya dengan dua dari pasar utamanya!
  3. Jelaskan keunggulan media cetak dibandingkan dengan radio dan televisi?
  4. Jangakuan iklan mengacu pada penetrasi sebuah pasar atau pasar – pasar oleh sebuah penerbitan, cerita, atau iklan. Uraikan jangkauan Kelapa Gading?

Jawab

  1. Menurut saya, dalam konteks Kelapa Gading, publikasi ini merupakan komunikasi dua arah antara masyarakat bisnis (yang bertujuan untuk mengiklankan produk dengan menggunakan media informasi) dengan warga penghuni (yang bertujuan untuk mencari informasi, terutama informasi produk). Ini juga ditegaskan oleh pendapat dari Sukardi Dharmawan, pemilik dan pemimpin Buletin Info Kelapa Gading. Dia menyatakan bahwa “Publikasi yang berbasis masyarakat sebenarnya sesuai dengan kawasan yang berkembang cepat seperti Kelapa gading. Ini lebih banyak sebagai media komunikasi dua arah” (Paragraf kelima dari Kasus 35). Sedangkan fungsi dari penyedia informasi (Buletin Info Kelapa Gading, Famili Gading dan Kabar Sinar Gading) lebih terkesan sebagai mediator antara dua pihak tersebut.

Gambar 1.

Masyarakat Bisnis
Warga Penghuni
Penyedia Informasi (Contoh : Buletin Info Kelapa Gading)
  1. Pasar Utama Publikasi Cetak ini adalah Masyarakat Bisnis dan Warga Penghuni Kelapa Gading. Publikasi ini berhasil dan sukses dimana terlihat bahwa Masyarakat Bisnis atau masyarakat yang memiliki usaha di daerah Kelapa Gading menggunakan sarana ini sebagai sarana untuk mengiklankan produk mereka di daerah ini. Salah satu contohnya bisa dilihat dari perbandingan antara iklan – artikel/berita yang mencapai 60:40 pada tahun keenam penerbitan Buletin Info Kelapa Gading (Paragraf keenam kasus 35).

Sedangkan kesuksesan publikasi ini juga terlihat pada warga penghuni yang memanfaatkan buletin ini sebagai alat informasi untuk mencari tahu berbagai keperluan mereka. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah terbitan Buletin Info Kelapa Gading yang sebelumnya hanya 14 kali pertahun menjadi 18 kali pertahunnya (paragraf ketujuh kasus 35).

Contoh lain yang juga memperlihatkan secara jelas kesuksesan Info Kelapa Gading seperti yang tercantum pada paragraf delapan kasus 35, dimana disebutkan bahwa “Info Kelapa Gading memuat apa yang dibutuhkan oleh warga dan masyarakat bisnis di Kepala Gading, karena buletin itu memahami sepenuhnya kebutuhan yang spesifik dari penduduknya yang sebagian besar beretnis Cina, dan sisanya pribumi indonesia dan bangsa – bangsa lain”. Artinya Buletin Info Kelapa Gading mampu melepaskan kehausan masyarakat bisnis untuk beriklan dan warga penghuni dalam mencari informasi yang mereka butuhkan.

  1. Menurut saya keunggulan media cetak dibandingkan dengan radio dan televisi :

–          Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya serta dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan. Misalkan sebagai bahan referensi untuk membeli suatu produk, Buletin Info Kelapa Gading bisa dibaca berkali – kali oleh warga penghuni. Sehingga warga penghuni bisa menganalisis lebih mendalam untuk mengambil keputusan yang benar – benar tepat dalam membeli suatu produk. Bandingkan dengan iklan yang ada di radio dan televisi yang tersaji hanya beberapa detik saja, sehingga analisis warga penghuni akan terbatas dan bisa jadi keputusan yang diambil kurang tepat nantinya.

–          Bisa disimpan atau di – collect isi informasinya. Buletin tersebut, terlepas dari memiliki tingkat baca yang tinggi, juga menikmati “masa hidup” yang lebih lama karena iklan – iklannya sering disimpan dan digunakan sebagai referensi lama sesudah diterbitkan (paragraf keenam kasus 55). Hal ini berarti referensi yang ada di dalam media cetak yang ada di Kelapa Gading bisa digunakan lagi nantinya jika sewaktu – waktu dibutuhkan lagi oleh penggunanya. Jika dibandingkan dengan radio dan televisi yang tidak bisa disimpan, sangat jelas bahwa media cetak memiliki kelebihan sebagai informasi yang dapat disimpan dengan mudah.

–          Lebih mampu menjelaskan hal – hal yang bersifat kompleks atau rigid. Keterangan dan informasi yang ada di media cetak lebih detail dan rinci jika dibandingkan dengan informasi yang ada di radio dan televisi yang terkesan hanya sekilas. Sehingga pengguna informasipun pasti akan lebih paham jika menggunakan media cetak dibandingkan radio dan televisi.

  1. Jangkauan iklan yang ada di Kelapa Gading mencakup :

–          Warga penghuni yang mana mayoritas dihuni oleh etnis china dimana iklan – iklan produk yang ditawarkan merupakan produk – produk spesifik yang memenuhi kebutuhan etnis mayoritas tersebut.

–          Wirausahawan atau karyawan yang bergaji tinggi yang berusaha dan bekerja di lingkungan Kepala Gading. Kelompok ini lebih mementingkan bisnis yang didasari rasa saling percaya dengan sedikit sekali birokrasi. Iklan yang ada di media – media Kepala Gading mewakili hal tersebut

–          Jangkauan iklan juga mencakup penggunjung Kelapa Gading yang meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa pada setiap akhir pekannya. Beberapa pengunjung juga ada yang berasal dari jauh seperti bekasi. Ini artinya iklan dari media – media yang ada di Kelapa Gading tidak saja menjangkau warga sekitar dan wirausahawan serta karyawan yang ada dan beraktivitas di kelapa gading, namun warga luar Kelapa Gading yang datang berkunjung kesana.

Dipublikasi di Pemasaran | Meninggalkan komentar

Stres dan Langkah-langkah Penanggulangannya

PENDAHULUAN

Setiap orang pasti mengalami masalah dalam bekerja, dan masalah tersebut bisa saja menjadi besar yang membuat kita stress bahkan bisa jadi putus asa dalam bekerja. Dalam Islam dinyatakan bahwa tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari). Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari).

Kita harus meyakini bahwa stres itu adalah sebuah ujian dan ujian itu untuk kebaikan kita semua. Tapi, bisa jadi kita tidak akan meraih pencapaian maksimum, jika tidak sedang menghadapi stres. Bisa jadi, dengan stres yang ada dihadapan, kita terpacu untuk mengoptimalkan sebanyak mungkin potensi yang kita miliki.

Suatu organisasi baik swasta maupun pemerintah dalam menjalankan kegiatan, organisasinya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Sumber daya manusia merupakan unsur penting dari 4 (empat) unsur lainnya dalam manajemen. Pemeliharaan hubungan yang kontinyu dan serasi dengan para karyawan dalam setiap organisasi menjadi hal penting untuk kemajuan organisasi itu sendiri. Pemeliharaan hubungan tersebut menyangkut juga penanggulangan stres. Oleh karenanya, peran serta organisasi dalam membantu karyawan untuk penanggulangan stes akan berdampak besar bagi pemanfaatan stres untuk menjadikannya sebagai salah satu sarana pencapaian kinerja maksimal.

STRES SEBAGAI SALAH SATU ALAT MOTIVATOR KERJA

Stres menurut Robbins (2002: 304) adalah suatu kondisi dinamis yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stres karyawan merupakan salah satu masalah dalam organisasi. Namun, stres juga bisa menjadi peluang apabila mampu mengelolanya dengan baik. Kinerja yang unggul dapat ditunjukkan oleh karyawan dalam situasi yang “mencekam”, berarti karyawan ini menggunakan stres secara positif untuk meningkatkan kesempatan dan berkinerja mendekati kemampuan maksimum mereka.

Stres dikaitkan dengan kendala dan tuntutan. Kendala adalah kekuatan yang mencegah individu untuk mengerjakan apa yang sangat diingkinkan. Tuntutan mengacu pada hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan. Jadi karyawan akan mengalami stres karena menghadapi peluang, kendala dan tuntutan. Suatu tinjauan kinerja yang baik dapat mendorong ke suatu promosi, tanggung jawab yang lebih besar dan gaji yang lebih tinggi begitu juga sebaliknya. Jadi stres paling tinggi untuk karyawan yang merasa tidak pasti apakah mereka akan kalah atau menang dan stres yang paling rendah bagi karyawan yang berpikir bahwa menang dan kalah merupakan suatu kepastian.

Pastinya tidak ada satu pekerjaan yang terlepas dari rasa stres. Karena tekanan  tersebut bisa berasal dari tuntutan kerja yang sangat tinggi, tidak adanya kecocokan antara bawahan dengan atasan di kantor, kurangnya gaji yang diterima karyawan, atau pun bisa atau tidaknya antar karyawan bekerja sama di kantor.

Walaupun benar pada kenyataannya stres tidak bisa dihindari, namun perlu diingat, masih banyak diantaranya cara yang bisa dilakukan agar strestersebut justru malah bisa menjadi satu motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih bersemangat lagi. Secara umum ada beberapa hal yang memang bisa dilakukan karyawan ketika tengah menghadapi stres, yaitu:

1. Prioritaskan yang pertama dan terpenting

Jika karyawan tengah memiliki beban yang berat dalam menghadapi satu proyek yang penting sekaligus, maka dia harus tetap tenang dalam menghadapi situasi tersebut. Harus tetap fokus pada tugas yang memang telah menjadi satu prioritas baginya. Jika memang perlu dilakukan, mungkin karyawan tersebut bisa mengajukan pernyataan bahwa dia keberatan dengan tugas yang diberikan oleh atasannya, dan itu merupakan salah satu haknya sebagai karyawan.

2. Tetap terorganisir

Karyawan harus berusaha mengerjakan pekerjaan sesuai dengan agenda yang ada. Dengan mengetahui target dengan jelas, maka karyawan akan mengetahui bagaimana cara dalam membuat suatu perencanaan pekerjaan.

3. Komunikasi

Mungkin terkadang suatu rencana yang memang telah disusun sedemikian rupa tidak bisa selamanya dapat berjalan mulus sesuai dengan rencana dikarenakan adanya beberapa kendala. Oleh sebab itu penting bagi karyawan tersebut menyampaikan permasalahan tersebut kepada orang lain yang memang bisa dia percaya yang juga masih memiliki kaitan dengan pekerjaan yang sedang dijalankan tersebut. Mungkin saja pekerjaan tersebut bisa didelegasikan kepada karyawan lainnya sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.

4. Menjaga Kekompakan Sesama Pekerja

Ketika karyawan dalam perusahaan tengah menjalin satu kerja sama serta pertemanan dengan rekan kerjanya dari divisi lain, maka hal tersebut merupakan hal yang akan sangat berguna bagi organisasi untuk melancarkan pekerjaan yang ada di organisasi saat ini. Dengan kekompakan tersebut, masalah yang ada diorganisasi akan tertanggulagi dengan cepat dan akurat.

5. Delegasi

Karyawan satu dengan karyawan lainnya jangan sampai merasa lebih baik. Mereka harus meraskaan bahwa mereka tim yang sama dengan kemampuan yang saling melengkapi. Sehingga dengan begitu, antar karyawan bisa mendelegasikan tugas serta pekerjaannya, sehingga bisa diselesaikan lebih cepat. Memang salah satu tujuan dari delegasi tugas tersebut dari atasan kepada bawahan atau antar sesama bawahan adalah untuk mengurangi stres. Walaupun demikian, atsaan harus tetap mendampingi bawahan agar tidak timbulnya kesalahan dalam pelaksanaanya.

  1. Meningkatkan latihan fisik

Langkah lainnya dalam mengatasi stres adalah dengan melakukan latihan fisik. Kebanyakan perhatian dini atas stres pada individu diarahkan pada gejala fisiologis. Ilmu kesehatan dan medis berkesimpulan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung. Latihan fisik non kompetitif seperti aerobik, berjalan, jogging, berenang dan bersepeda telah direkomendasikan oleh para dokter sebagai suatu cara untuk menangani tingkat stres yang berlebihan. Bentuk latihan fisik ini meningkatkan kapasitas jantung, memberikan suatu pengalihan mental dari tekanan kerja dan menawarkan suatu cara untuk melepas energi.

KESIMPULAN

Jadi, stres sebenarnya dapat ditanggulangi dengan cara – cara sederhana seperti diatas, sehingga stres tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja dalam bekerja dengan memperbaiki sikap kita dalam menghadapi stres tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja&#8221;

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/11/faktor-faktor-yang-mendorong kepuasan.html

http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan.

http://forum.datalowongankerja.com/index.php?action=printpage;topic=22.0

http://lensaprofesi.blogspot.com/2008/09/mengelola-stres-kerja.html Oleh :Ns. Abdul Haris Awie, S.Kep

http://widiastutidyah.wordpress.com/2011/01/20/makalah-dampak-stres-dan-tingkat-kepuasan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/

Robbins, P. Stephen. 2002. Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Prehallindo.

Dipublikasi di Perilaku Organisasi | Meninggalkan komentar

Pengelolaan Kompensasi

PENDAHULUAN

 

Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena kompensasi merupakan salah satu aspek yang paling sensitif di dalam hubungan kerja. Dalam praktiknya masih banyak perusahaan yang belum memahami secara benar sistem kompensasi. Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi. Ada yang beranggapan bahwa dengan melaksanakan kompensasi minimum sudah merasa memenuhi ketentuan kompensasi yang berlaku, sehingga mereka berharap tidak akan terjadi masalah yang berkaitan dengan kompensasi pekerja. Pemahaman semacam ini perlu diluruskan dengan mendalami makna dan pengertian kompensasi dan sistem kompensasi secara keseluruhan.

Pada prinsipnya, pemberian kompensasi merupakan hasil penjualan tenaga para sumber daya manusia terhadap perusahaan. Namun dalam hal ini terkandung pula pengertian bahwa para karyawan telah memberikan segala kemampuan kerjanya kepada perusahaan, maka perusahaan sewajarnya menghargai jerih payah karyawan itu dengan cara memberi balas jasa yang setimpal kepada mereka. Sebenarnya hubungan antara perusahaan dan karyawan tidak ubahnya seperti hubungan antara pihak penjual dan pembeli di pasar. Perusahaan sebagai pembeli jasa yang menawarkan pekerjaan kepada karyawan, sedangkan karyawan bersedia menjual jasa/tenaga kepada perusahaan. Sebagai imbalan dari menjual atau memberikan tenaga ini, maka perusahaan memberikan imbalan atau kompensasi kepada karyawan atas jasa yang telah diberikannya. Jadi, hubungan antara perusahaan dan karyawan merupakan hubungan simbiosis mutualistis (hidup bersama saling menguntungkan). Terjadinya proses pertukaran seperti ini, maka jelaslah bahwa kebutuhan perusahaan akan terpenuhi, sedangkan karyawan akan terpenuhi pula kebutuhannya karena ada yang mau membayar jasa/tenaganya.

Makna kompensasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang sesuai dengan kepentingannya. Antara pekerja dengan dengan pengusaha memiliki sisi pandang yang berbeda tentang kompensasi. Bagi pengusaha, kompensasi merupakan bagian dari biaya produksi. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, penggunaan biaya harus dilakukan secara efisien sehingga satu diantaranya pengusaha cenderung menekan kompensasi seminimal mungkin. Dari sisi pekerja, kompensasi dipandang sebagai hak dan merupakan sumber pendapatan utama, karena itu jumlahnya harus dapat memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan keluarganya, serta adanya jaminan kepastian penerimaannya.

PENGELOLAAN KOMPENSASI

 

  1. Pengertian Kompensasi

Singodimedjo (2000) mengemukakan kompensasi adalah semua balas jasa yang diterima seorang karyawan dari perusahaannya sebagai akibat balas jasa/tenaga yang telah diberikannya pa perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Handoko dalam Sutrisno (2009) yang dimaksud dengan kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Jadi kompensasi adalah hubungan tukar menukar antara karyawan dengan perusahaan, karyawan menukar tenaganya dengan penghargaan yang disediakan oleh perusahaan.

  1. Tujuan Kompensasi

Tujuan orang bekerja adalah agar ia dapat hidup dari hasil kerjanya. Mereka mau bekerja dikarenakan mereka merasa bahwa dengan bekerja ia akan mendapatkan kompensasi sebagai sumber rezeki untuk menghidupi dirinya beserta keluarganya. Dengan adanya sumber nafkah tersebut, ia juga mengharapkan adanya kepastian bahwa sumber tersebut selalu ada selama ia menjadi karyawan suatu perusahaan. Oleh karena itu, tujuan perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada karyawan adalah agar para karyawan merasa terjamin sumber nafkahnya.

Pemberian kompensasi yang layak bukan saja dapat memengaruhi kondisi materi para karyawan, tetapi juga dapat menenteramkan bain karyawan untuk bekerja lebih tekun dan mempunyai inisiatif. Sebaliknya, pemberian kompensasi yang tidak layak akan meresahkan gairah kerja, sehingga prestasi kerja akan merosot. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi kerja perusahaan harus memberikan kompensasi yang layak kepada para karyawan sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Menurut Notoadmodjo dalam Sutrisno (2009) ada beberapa tujuan dari kompensasi yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Menghargai prestasi kerja

Dengan pemberian kompensasi yang memadai adalah suatu penghargaan perusahaan terhadap prestasi kerja para karyawan. Selanjutnya akan mendorong perilaku-perilaku atau kinerja karyawan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan, misalnya produktivitas yang tinggi.

  1. Menjamin keadilan

Dengan adanya sistem kompensasi yang baik akan menjamin terjadinya keadilan di antara karyawan dalam organisasi. Masing-masing karyawan akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan tugas, fungsi, jabatan dan prestasi kerja.

  1. Mempertahankan karyawan

Dengan sistem kompensasi yang baik, para karyawan akan lebih survival bekerja perusahaan itu. Hal ini berari mencegah keluarnya karyawan dari organisasi itu mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan.

  1. Memperoleh karyawan yang bermutu

Dengan sistem kompensasi yang baik akan menarik lebih banyak calon karyawan , akan lebih banyak pula peluang untuk memilih karyawan yang terbaik.

  1. Pengendalian biaya

Dengan sistem pemberian kompensasi yang baik, akan mengurangi seringnya melakukan rekrutmen, sebagai akibat semakin seringnya karyawan yang keluar mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan di tempa lain. Hal ini berarti penghematan biaya untuk rekrutmen dan seleksi calon karyawan baru.

  1. Memenuhi peraturan-peraturan

Sistem kompensasi yang baik merupakan tuntutan dari pemerintah. Suatu perusahaan yang baik dituntut adanya sistem administrasi kompensasi yang baik pula.

  1. Fungsi Kompensasi

Kompensasi merupakan alat pengikat perusahaan terhadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong seseorang menjadi karyawan. Dengan demikian kompensasi mempunyai fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar jalannya roda organisasi/ perusahaan. Fungsi kompensasi adalah sebagai berikut:

  1. Penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif

Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa organisasi memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan yang bersangkutan karena besarnya kompensasi sangat ditentukan oleh tinggi atau rendahnya produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan. Semakin banyak pegawai yang diberi kompensasi yang tinggi berarti semakin banyak karyawannya yang berprestasi tinggi. Banyaknya karyawan yang berprestasi tinggi akan mengurangi pengeluaran biaya untuk kerja-kerja yang tidak perlu ( yang diakibatkan oleh kurang efisien dan efektifitasnya kerja). Dengan demikian pemberian kompensasi dapat menjadikan penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif.

  1. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

Sistem pemberian kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu stabilitas organisasi dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pemberian kompensasi yang kurang baik dapat menyebabkan gejolak di kalangan karyawan akibat ketidakpuasan. Pada gilirannya gejolak ketidakpuasan ini akan menimbulkan kerawanan ekonomi.

 

  1. Tahapan Pemberian Kompensasi

Untuk memenuhi tujuan kompensasi, perlu diikuti tahapan-tahapan manajemen kompensasi seperti berikut:

Tahap 1    : mengevaluasi tiap pekerjaan, dengan menggunakan informasi analisis pekerjaan. Untuk menjamin keadilan internal yang didasarkan pada nilai relatif setiap pekerjaan.

Tahap 2    : melakukan survei upah dan gaji untuk menentukan keadilan eksternal yang didasarkan pada upah di pasar kerja.

Tahap 3    : menilai harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembayaran upah yang didasarkan pada keadilan internal dan eksternal.

  1. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Besar kecilnya pemberian kompensasi tidak mungkin dapat ditentukan begitu saja tanpa mengantisipasi perkembangan keadaan sekitar yang mengelilingi gerak perusahaan. Penetapan kompensasi yang hanya berdasarkan keinginan sepihak saja tanpa didasarkan pada perhitungan yang rasional dan bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis akan sulit diterapkan dalam jangka panjang. Dalam pemberian kompensasi, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar faktor-faktor tersebut terbagi tiga, yaitu faktor internal perusahaan, pribadi karyawan yang bersangkutan, dan faktor eksternal.

  1. Faktor intern perusahaan

Contoh faktor intern perusahaan yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana perusahaan, dan serikat pekerja.

  1. Dana perusahaan

Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kompensasi tergantung pada dana yang terhimpun untuk keperluan tersebut. Terhimpunnya dana tentunya sebagai akibat prestasi-prestasi kerja yang telah ditujukan oleh karyawan. Makin besarnya prestasi kerja maka makin besar pula keuntungan organisasi/perusahaan. Besanya keuntungan perusahaan akan memperbesar himpunan dana untuk kompensasi, maka pelaksanaan kompensasi akan makin baik, begitu pula sebaliknya.

  1. Serikat pekerja

Para pekerja yang tergabung dalam seikat pekerja juga dapat mempengaruhi pelaksanaan atau penetapan kompensasi dalam suatu perusahaan. Serikat pekerja dapat menjadi simbol kekuatan pekerja di dalam menuntut perbaikan nasib. Keberadaan serikat pekerja perlu mendapatkan perhatian atau perlu diperhitungkan oleh pihak manajemen

  1. Faktor pribadi karyawan yang bersangkutan

Contoh faktor pribadi karyawan yang mempengaruhi besarnya pemberian kompensasi adalah produktifitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman serta jenis dan sifat pekerjaan.

  1. Produktifitas kerja

Produktifitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi kerja merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi. Pengaruh ini memungkinkan karyawan pada posisi dan jabatan yang sama mendapatkan kompensasi yang berbeda. Pemberian kompesasi ini dimaksud untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan.

  1. Posisi dan jabatan

Posisi dan jabatan berbeda berimplikasi pada perbedaan besarnya kompensasi. Posisi dan jabatan seseorang dalam perusahaan menunjukkan keberadaan dan tanggung jawabnya dalam hierarki perusahaan. Semakin tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam perusahaan, semakin besar tanggung jawabnya, maka semakin tinggi pula kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya.

  1. Pendidikan dan pengalaman

Selain posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman kerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi. Pegawai yang lebih berpengalaman dan berpndidikan lebih tinggi akan mendapat kompensasi yang lebih besar dari pegawai yang kurang pengalaman dan atau lebih rendah tingkat pendidikannya. Pertimbangan faktor ini merupakan wujud penghargaan perusahaan pada keprofesionalan seseorang. Pertimbangan ini juga dapat memacu karyawan untuk meningkatkan pengetahuannya.

  1. Jenis dan sifat pekerjaan

Besarnya kompensasi pegawai yang bekerja di lapangan berbeda dengan pekerjaan yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda dengan pekerjaan adminsitratif. Begitu pula halnya dengan pekerjaan manajemen berbeda dengan pekerjaan teknis. Pemberian kompensasi yang berbeda ini selain karena pertimbangan profesioalisme pegawai juga karena besarnya resiko dan tanggung jawab yang dipikul oleh pegawai yang bersangkutan. Sebagai contoh, dikebanyakan organisasi/perusahaan pegawai yang bertugas di lapangan biasanya mendapatkan kompenasai antara 2–3 kali lipat dari pekerjaan di dalam ruangan/kantor. Besarnya kompensasi sejalan dengan besarnya resiko dan tanggung jawab yang dipikulnya.

  1. Faktor eksternal

Contoh faktor eksternal yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah sebagai berikut :

  1. Penawaran dan Permintaan kerja

Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi dimana penawaran (supply) tenaga kerja lebih dari permintaan (demand) akan menyebabkan rendahnya kompensasi yang diberikan. Sebaiknya bila kondisi pasar kerja menunjukkan besarnya jumlah permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit, maka kompensasi yang diberikan akan besar. Besarnya nilai kompensasi yang ditawarkan suatu organisasi merupakan daya tarik calon pegawai untuk memasuki organisasi tersebut. Namun dalam keadaan di mana jumlah tenaga kerja lebih besar dari lapangan kerja yang tersedia, besarnya kompensasi sedikit banyak menjadi terabaikan.

  1. Biaya hidup

Besarnya kompensasi terutama upah/gaji harus disesuaikan dengan besarnya biaya hidup (cost of living). Yang dimaksud biaya hidup disini adalah biaya hidup minimal. Paling tidak kompensasi yang diberikan harus sama dengan atau di atas biaya hidup minimal. Jika kompensasi yang diberikan lebih rendah dari biaya hidup minimal, maka yang terjadi adalah proses pemiskinan.

  1. Kebijaksanaan pemerintah

Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi rakyatnya dari kesewenang-wenangan dan keadilan. Dalam kaitannya dengan kompensasi, pemerintah menentukan upah minimum, jam kerja/hari, untuk pria dan wanita, pada batas umur tertentu. Dengan peraturan tersebut pemerintah menjamin berlangsungnya proses pemakmuran bangsa hingga dapat mencegah praktik-praktik organisasi yang dapat memiskinkan bangsa.

  1. Kondisi perekonomian nasional

Kompensasi yang diterima oleh pegawai di negara-negara maju jauh lebih besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan oleh organsasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan negara terhadap sumber daya manusianya.

 

Selain hal-hal diatas, dalam pemberian kompensasi perlu dipertimbangkan unsur keadilan dan kelayakan.
1. Keadilan

Dalam pemberian kompensasi apakah itu berupa upah, gaji, bonus atau bentuk-bentuk lainnya, penting sekali diperhatikan masalah keadilan terebut. Keadilan bukan berarti sama rasa sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan output. Semakin tinggi pengorbanan, semakin tinggi penghasilan yang diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanan (input) yang diperlukan suatu jabatan. Input dalam satu jabatan ditujukan dari persyaratan-persyaratan (spesifikasi) yang harus dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi pula penghasilan (output) yang diharapkan. Output ini ditunjukan dari upah yang diterima para karyawan yang bersangkutan. Dimaka didalamnya tercantum rasa keadilan yang sangat diperhatikan oleh setiap karyawan penerima kompensasi tersebut, bila tuntutan keadilan seperti in telah terpenuhi ini berarti perusahaan telah memiliki internal consistency dalam sistem kompensasinya.

  1. Kelayakan

Di samping masalah keadilan dalam pemberian kompensasi perlu diperhatikan masalah kelayakan. Pengertian layak ini berkaitan dengan standar hidup seperti kebutuhan pokok minuman atau upah minimum sesuai dengan ketentuan pemerintah. Kelayakan juga dilihat dengan cara membandingkan pengupahan di perusahaan lain. Bila kelayakan ini sudah tercapai, maka perusahaan sudah mencapai apa yang disebut external consistency (Konsistensi Eksternal).
Apabila upaya di dalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dari perusahaan-perusahaan lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja. Oleh karena itu untuk memenuhi kedua konsistensi tersebut (internal dan eksternal) perlu digunakan suatu evaluasi pekerjaan.

 

  1. Jenis Kompensasi

Kompensasi adalah gaji/upah ditambah dengan fasilitas dan insentif lainnya yang diterima pegawai dari organisasi. Pengertian ini menunjukkan bahwa selain mendapatkan upah/gaji yang ditetapkan, pegawai juga mendapatkan kompensasi. Jenis-jenis kompensasi selain upah/gaji tetap adalah sebagai berikut:

1)      Insentif

Yang dimaksud dengan insentif adalah memberikan upah/gaji berdasarkan perbedaan prestasi kerja sehingga bisa jadi dua orang yang memiliki jabatan sama akan menerima upah yang berbeda, karena prestasinya berbeda, meskipun gaji pokoknya/dasarnya sama. Perbedaan tersebut merupakan tambahan upah (bonus) karena adanya kelebihan prestasi yang membedakan satu pegawai dengan yang lain.

  1. Sifat dasar insentif

Beberapa sifat dasar dalam sistem pengupahan insentif adalah:

  • Sistem pembayaran agar diupayakan cukup sederhana, sehingga mudah dimengerti dan dihitung oleh karyawan yang bersangkutan sendiri.
  • Upah insentif yang diterima benar-benar dapat menaikkan motivasi kerja mereka, sehingga output dan efisensi kerjanya juga meningkat.
  • Pelaksanaan pengupahan insentif hendaknya cukup cepat, sehingga karyawan yang berprestasi lebih cepat pula merasakan nikmatnya berprestasi.
  • Penentuan standar kerja atau standar produksi hendaknya secermat mungkin dalam arti tidak terlalu tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh umumnya karyawan, atau tidak terlalu rendah, sehingga tidak terlalu mudah dicapai karyawan.
  • Besarnya upah normal dengan standar kerja per jam hendaknya cukup merangsang pekerja atau karyawan untuk bekerja giat.

Menurut penelitian para ahli, penentuan besarnya insentif berlaku pula bagi tenaga pimpinan yang besarnya 50-60% dari gaji bulanan. Jenis upah insentif macam-macam seperti Premi (bonus Payment), stock option (hak untuk membeli/mendapatkan saham pada harga tertentu), Phantom stock plan (dicatat sebagai pemegang saham), dan sebagainya.

  1. Kesulitan sistem pengupahan insentif

Ada delapan kesulitan dalam sistem pengupahan insentif yaitu:

  • Alat ukur dari berbagai prestasi karyawan belum tentu dapat berhasil dibuat secara tepat sebagaimana diharapkan, yakni wajar dan dapat diterima.
  • Alat ukur dan tujuan perusahaan harus terikat erat.
  • Data tentang prestasi kerja karyawan harus cepat dan teratur terkumpul setiap saat (hari, minggu, bulan).
  • Standar yang ditetapkan haruslah mempunyai kadar/ tingkat kesulitan yang sama untuk setiap kelompok kerja.
  • Gaji/ upah total dari upah pokok plus bonus yang diterima haruslah konsisten di antara berbagai kelompok pekerja yang menerima insentif dan antara kelompok yang menerima insentif dengan yang tidak menerima insentif.
  • Standar prestasi haruslah disesuaikan secara periodic dengan adanya perubahan dalam prosedur kerja.
  • Kemungkinan tantangan dari pihak serikat karyawan harus sudah diperhitungkan secara matang.
  • Berbagai reaksi karyawan terhadap sistem pengupahan insentif yang diterapkan juga harus diantisipasi kemungkinannya dengan demikian perusahaan harus cukup cermat dan hati-hati sekali dalam menentukan system pengupahan insitif ini.

2)      Kompensasi pelengkap

Kompensasi pelengkap merupakan salah satu bentuk pemberian kompensasi berupa penyediaan paket benefit dan program- program pelayanan karyawan, dengan maksud pokok untuk mempertahankan keberadaan karyawan sebagai anggota organisasi dalam jangka panjang. Kalau upah dan gaji merupakan kompensasi langsung karena langsung berkaitan dengan prestasi kerja, maka kompansasi pelengkap merupakan kompensasi tidak langsung berkaitan dengan prestasi kerja. Dengan perkataan lain kompensasi pelengkap adalah upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan tidak secara langsung berkaitan dengan prestasi kerja. Saat ini kompensasi pelengkap berkembang pesat terutama karena:

  • Perubahan sikap karyawan
  • Tuntutan serikat pakerja
  • Persaingan yang memaksa perusahaan untuk menyediakan benefit yang menarik dan menjaga karyawannya
  • Persyaratan- persyaratan yang ditetapkan pemerintah
  • Tuntutan kenaikan biaya hidup

Kompensasi pelengkap meliputi:

  1. Tunjangan antara lain berbentuk: pensiun, pesangon, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja.
  2. Pelayanan yang meliputi: majalah, sarana olahraga, perayaan hari raya, dan program sosial lainnya.

Beberapa keuntungan atau manfaat yang didapat organisasi dengan pemberian kompensasi pelengkap kepada karyawannya diantaranya adalah:

  • Peningkatan semangat kerja dan kesetiaan,
  • Penurunan turn over karyawan dan absensi,
  • Pengurangan kelelahan,
  • Pengurangan pengaruh serikat buruh/ pekerja,
  • Hubungan masyarakat yang lebih baik,
  • Pemuasan kebutuhan- kebutuhan karyawan,
  • Meminimalkan biaya kerja lembur,
  • Mengurangi kemungkina intervensi pemerintah.

3)      Keamanan serta kesehatan karyawan

Pembinaan kesehatan karyawan atau anggota organisasi merupakan suatu bentuk kompensasi nonfinansial yang sangat penting dalam organisasi. Keadaan aman dan sehat seorang karyawan / anggota organisasi tercermin dalam sikap individual dan aktivitas organisasi karyawan yang bersangkutan. Makin baik kondisi keamanan dan kesehatan, makin positif sumbangan mereka bagi organisasi/perusahaan. Pada umumnya, perusahaan memperhatikan masalah keamanan dan kesehatan karyawan justru untuk memungkinkan terciptanya kondisi kerja yang lebih baik. Hal ini penting sekali terutama bagi bagian-bagian organisasi yang memiliki resiko kecelakaan tinggi. Biasanya tanggung jawab pembinaan keamanan dan kesehatan karyawan tersebut terletak pada manajer operasional perusahaan atau organisasi yang bersangkutan, antara lain meliputi:

  • Pemeliharaan peraturan-peraturan keamanan.
  • Standar kesehatan serta pencatatan dan pelaporan kecelakaan.
  • Pengaturan program-program kesehatan dan keamanan.
  • Pengaturan suhu udara dalam ruang kerja, ventilasi dan keberhasilan lingkungan kerja.
  • Program-program latihan keamanan bagi karyawan.
  • Pengaturan-pengaturan pencegahan kecelakaan kerja dan sebagainya.

Kesehatan karyawan yang dimaksud di sini adalah kesehatan jasmani dan rohani sedangkan keamanan adalah keadaan karyawan yang terbebas dari rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja. Upaya memelihara keamanan dapat dilakukan dengan:

  • Menggunakan mesin yang dilengkapi mdg alat pengaman.
  • Menggunakan peralatan yang lebih baik.
  • Mengatur lay out pabrik dan penerangan yang sebaik mungkin.
  • Lantai-lantai, tangga-tangga dan lereng-lereng dijaga harus bebas dari air, minyak dan oli.
  • Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik.
  • Menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-peralatan keamanan beserta larangan-larangan yang dianggap perlu.
  • Mendidik para karyawan dalam hal keamanan.
  • Membentuk komite manajemen serikat pekerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan dan sebagainya.
  1. Sistem Kompensasi

Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sistem waktu dan sistem kontrak/borongan.

  1. Sistem prestasi

Upah menurut prestasi kerja sering juga disebut dengan upah sistem hasil. Pengupahan dengan cara ini mengaitkan secara langsung antara besarnya upah dengan prestasi kerja yang ditujukan oleh karyawan yang bersangkutan. Sedikit banyaknya upah tersebut tergantung pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini dapat diterapkan bila hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif. Cara ini dapat mendorong karyawan yang kurang produktif menjadi lebih produktif. Cara ini akan sangat menguntungkan bagi karyawan yang dapat bekerja cepat dan berkemampaun tinggi. Contoh kompensasi sistem hasil : per potong, per meter, per kilo, per liter dan sebagainya.

  1. Sistem waktu

Besarnya kompensasi dihitung berdasarkan standar waktu seperti Jam, Hari, Minggu, Bulan. Besarnya Upah ditentukan oleh lamanya karyawan melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Umumnya cara ini digunakan bila ada kesulitan dalam menerapkan cara pengupahan berdasarkan prestasi.

Kelemahan dari sistem waktu adalah :

  • Mengakibatkan mengendornya semangat karyawan yang produktifitasnya tinggi (di atas rata-rata).
  • Tidak membedakan usia, pengalaman, dan kemampuan karyawan.
  • Membutuhkan pengawasan yang ketat agar karyawan sungguh-sungguh bekerja.
  • Kurang mengakui adanya prestasi kerja karyawan.

Sedangkan kelebihan sistem waktu adalah:

  • Dapat mencegah hal- hal yang kurang diinginkan seperti pilih kasih, diskriminasi maupun kompetisi yang kurang sehat.
  • Menjamin kepastian penerimaan upah secara periodik.
  • Tidak memandang rendah karyawan yang cukup lanjut usia.
  1. Sistem kontrak/borongan

Penetapan besarnya upah dengan sistem kontrak / borongan didasarkan atas kuantitas, kualitas dan lamanya peyelesaian pekerjaan yang sesuai dengan kontrak perjanjian. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam kontrak juga dicantumkan ketentuan mengenai “konsekuensi” bila pekerjaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan perjanjian baik secara kuantitas, kualitas maupun lamanya penyelesaian pekerjaan. Sistem ini biasanya digunakan untuk jenis pekerjaan yang dianggap merugikan bila dikerjakan oleh karyawan tetap dan /atau jenis pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh karyawan tetap.

Dipublikasi di Perilaku Organisasi | Meninggalkan komentar